Thursday, December 17, 2009

Mario Teguh dan Sore yang Manis

Rabu, 16 Desember 2009

Awalnya adalah sebuah sms. Yang mengabarkan bahwa siang ini jam satu ada workshop Mario Teguh di toko buku Togamas Affandi. Hmm, saya menyambut gembira sms tersebut dengan balasan: okey.

Jam satu lebih lima menit saya tiba di lokasi. Melihat spanduk , ternyata bincang2 dengan Mario Teguh dimulai pukul setengah dua. Tak apalah. Kesempatan setengah jam saya gunakan untuk melihat-lihat buku yang kebetulan lagi diskon gedhe2an. Weleh2, buku2nya cukup berpotensi membikin dompet saya kosong. Tak lama kemudian kawan saya (yang meng-sms tadi) datang. Agak ragu apakah acaranya diadakan di lantai dua atau lantai satu. Kami pun memutuskan untuk hunting buku dulu sembari menunggu acara dimulai.

Jam setengah dua. Ternyata sudah cukup banyak orang yang menunggu acaranya dimulai. Kursi yang disediakan terbatas. Jadi hanya ada beberapa orang saja yang bisa duduk. Eh, ada kakak angkatan yang lagi mainin gitar, ternyata Sasbud FIB UGM ngisi acara. Musiknya dijamin keren banget.. ^_^

Kira2 jam dua kurang lima belas menit MC memulai acara dan mengabarkan bahwa Mario Teguh masih O Te We alias dalam perjalanan. Sasbud pun diberikan kesempatan untuk unjuk kebolehan. Lagu pertama yang dinyanyikan adalah (kalo gak salah nee) “suwe ora jamu”. Dilanjutkan dengan lagu2 daerah. Cukup menghibur. Terutama bagi saya yang masih hunting beberapa buku.

Jam dua lebih lima belas menit. MC mengabarkan bahwa orang yang ditunggu2 masih dalam perjalanan. Ia pun mencoba menghibur orang2 dengan tanya ini itu seputar apa saja motivasi bertemu Mario Teguh. Dugaan awal saya, mereka2 itu sedang butuh pencerahan, butuh solusi, butuh kata2 yang bikin semangat. Ternyata Jawabannya macem2. Ada yang sekadar ingin melihat wajahnya, ada yang pengen curhat, dan ada memang yang pengen tanya2. Sebenarnya saya juga penasaran, pengen melihat langsung wajah bang Mario yang selalu bikin saya terkagum2 saat membawakan acara Golden Ways.

Jam setengah tigaan. Mario Teguh belum dateng juga. Orang2 udah agak gelisah. MC udah agak mati gaya. Takut orang2 pada kecewa. Ia pun berjuang meyakinkan bahwa Mario Teguh benar2 dalam perjalanan menuju lokasi. Kelengangan itu diisi dengan lagu “Bengawan Solo” oleh kelompok sasbud. Sedang saya masih asyik mencari2 buku. Dan Kawan saya sepertinya sedang asyik membaca komik. Kelompok sasbud mengejutkan saya dengan lagunya. Sebuah sajak favorit saya yang berjudul “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono. Saya sangat suka. Lirih dan sendu.

Kira-kira jam tiga kurang lima belas menit, MC mengabarkan bahwa orang yang ditunggu2 datang juga. Saya “menjinjit-njinjit” karena gak kelihatan. Mario Teguh dengan seyumnya yang hangat menyapa para pengunjung. Ia memakai baju batik warna biru motif bunga2. Sangat terlihat segar dan bersemangat. Tak lupa sapaan khasnya..”Salam Super”. Pengunjung pun bertepuk tangan menyambut kedatangannya.

Mario Teguh pun mulai bercakap-cakap. Disusul beberapa pertanyaan dari para pengunjung yang udah gak sabar pengen denger petuah2 bang Mario. Pertanyaannya seputar cara mengatasi kebosanan, bagaimana bersikap saat kita ditempatkan pada situasi yang sulit dan tidak menyenangkan. Sayangnya, saya tidak bisa mereview sepenuhnya pertanyaan serta jawaban bang Mario di catatan ini. Namun, yang masih lekat dalam ingatan saya (karena sebenarnya ini juga masalah saya.hehe) adalah bahwa kita harus melapangkankan hati agar pekerjaan menjadi sesuatu yang menyenangkan. Kita tidak boleh takut menghadapi kemungkinan2. Saya kagum dengan kelakar beliau tentang hari. Saat kesibukan di hari senin orang memikirkan hari sabtu dan minggu yang santai, hari sabtu dan minggu orang memikirkan kesibukan di hari senin. Lantas orang itu mau hidup di hari apa?

Pengunjung bertepuk tangan dengan meriah. Makin Kagum dengan Mario Teguh.

Oya, Mario Teguh juga menceritakan masa kecilnya yang doyan bercerita. Hingga ia bisa tahu gimana caranya mengahadapi orang. Beliau juga menceritakan pengalamannya saat menjadi pegawai bank. Sayang, bincang2 dengan bang Mario cuma sebentar banget. Kira2 setengah jam. Ato sejam tapi terasanya setengah jam za..hehe. Acara dilanjutkan dengan pemberian kenang2an oleh pihak Togamas kepada Mario Teguh. Juga tandatangan.

Kira2 jam setengah empat sore saya pulang, dengan membawa energi positif. Optimis lagi. Semangat lagi. Kata2 bang Mario emang Te O Pe Be Ge Te. Dan Begitulah kekuatan kata-kata.

Salam SUPER

*Makasih banget buat Mas Alvein yang udah meng-sms acara tersebut ^_^

Monday, December 7, 2009

Sedikit Kepanikan di Hari Kedua Syuting

Minggu, 06 Desember 2009

Jam tujuh kurang lima belas menit. Minggu yg cerah. Matahari pagi menghangatkan beberapa wajah yang lalu lalang keluar masuk stasiun. Tampak juga beberapa tukang ojek menawarkan jasanya. Sembari menunggu kru dan artis yang belum datang, saya sempatkan untuk menikmati beberapa wajah di stasiun Lempuyangan pagi tadi. Ternyata asyik juga. Ada yang terburu2 mengejar kereta karena terdengar pengumuman sebentar lagi kereta akan di berangkatkan. Ada yang sedang menunggu jemputan dan memencet beberapa nomor di HPnya. Oya, saya jadi ingat, tadi ada wanita tua yang sedang menunggu jemputan keluarganya. Ia menyodorkan selebar kertas bertuliskan beberapa nomor dan meminta tolong saya untuk menel[pon nomor tersebut. Sayang banget, beberapa kali saya coba telpon tapi gak diangkat. Wanita tua itu kemudian pergi entah kemana.

Jam tujuh lewat dua menit. Candy datang disusul beberapa kru dan artis lain. Syuting kali ini gak serame kemaren. Ada beberapa artis yang udah gak ikut syuting hari ini karena scene udah selese di ambil. Jadilah kami hanya bersebelas. Taufiq, Danar, Vera, dan Diaz udah tereliminasi (hehehe). Tapi gak pa2, kami tetep semangat kok.

Jam tujuh tiga puluh kru udah kumpul kecuali si Abim. Yaudah, kami masuk duluan deh ke markas. Ada sebelas orang yang masuk peron. Sang penjaga peron undah nodong minta duit. Segera saya mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan. Eh, gak da kembalian. “uang kecil ja mbak. wah gak ada mas, kalo gak da kembalian gak usah bayar ja ya (maunya). Sang penjaga peron Cuma senyum2 aja. Yaudah, seadanya ja deh mbak. Uang di dompet Cuma ada delapan ribu, jadinya kurang tiga ribu. Nanti ya mas kurangnya. Oke mbak. Huh..

Ada sedidkit masalah di markas. Satpam yang jaga udah ganti. Jadinya kami ditanyain beberapa hal tentang maksud kedatangan kami di markas, yang terkesan tiba2. Panik. Jangan2 gak boleh naruh barang2 di pos satpam. Lah, terus ditaruh mana? Saya menjelaskan panjang lebar tentang kedatangan kami, tentang surat izin dan bla bla bla. Untung pak satpamnya baek bgt. Karena hari ini hari minggu, penjagaan di stasiun ditingkatkan. Jadinya pos satpam padat ama orang2 deh. Wah, sedikit merasa gak enak.

Jam delapan semua kru dan artis sarapan sembari briefing hari ini mau fokus di scene mana aja, dimana posisi masing2 kamera. Scene yg difokuskan pas si tokoh turun dari kereta. Kami harus benar2 tepat waktu, soalnya nyesuaiin jadwal kedatangan kereta. Erlin njelasin dengan semangat bnget. Ada beberapa scene di skenario yang musti dihilangkan karena dianggap gak perlu.

Jam setengah sembilan semua kru dan artis udah siap ngambil gambar. Musti ada beberapa kali latihan dulu sebelum take. Kameramen udah siap dengan kamera masing2. Ada yg ngatur cahaya pake steorofom. Ada kesalahan yang agak fatal. Kedatanga kereta Logawa yang diperkirakan dari arah timur dan di jalur tiga, ternyata datang dari arah barat dan di jalur dua. Padahal kereta ini amat sangat penting. Otomatis semua kamera ganti posisi masing2. Udah gitu kehalang ama kereta Pramex dijalur satu lagi. Wah, agak panik. Akhirnya pengambilan gambar di pending dulu, nunggu kereta Pramex pergi. Untunglah, kereta Logawa berhentinya agak lama. Jadinya pengambilan gambar pun terlaksana dengan baik. Untuk scene yang turun dari kereta berikutnya saya tanya kepada petugas (kok gak kepikiran dari tadi tho Nis, Nis).

Kereta yg datang berikutnya adalah Pramex warna ungu dari arah timur di jalur dua. Semabri nunggu kereta, artisnya (mbak Andhit) latian2 dulu. Pas kereta datang udah siap take. Ternyata kereta pramex berhentinya bentar bgt. Pengambilan gambar juga harus dilakukan dengan cepat. Dan kereta pramex pun beranjak. Tapi kok? Loh. Artisnya mana nee? Semua pada panik. Jangan2 kebawa ama tu kereta. Saya berusaha menelpon tapi tiba2 ingat klo si artis gak bawa HP. Wah, gimana donk kalo beneran kebawa. Semuanya menampakkan wajah kebingungan. Tiba-tiba. Ada sesosok makhluk yang cengar cengir karena berasa berhasil bikin panik semua orang datang dari arah timur. Huh…kirain kebawa kereta. Lega banget rasanya..tapi tetep masih dongkoool.

Si abim, beberapa kali musti ngulang adegannya. Si ridlo ama erlin berjuang ngasih contoh. Setelah melalui beberapa latihan akhirnya bisa juga. selanjutnya, Pengambilan gambar dilanjutkan di luar stasiun. Panazz..

Jam setengah satu. Dan berakhirlah syuting hari ini. Tawaran makan siang disambut dengan riang. Hemm..makananya masih anget. Enyak bgt. Selese makan dilanjutkan ngobrol2 en bercanda2... udah mau pulang tapi masih belum berani ngambil barang2 di pos satpam, soalnya ada beberapa orang yg sedang diinterograsi.

Sebenarnya, ditengah syuting tadi ada kejadian di stasiun. Tiba2 saya melihat beberapa satpam berlari2 menuju suatu arah. Orang2 yg ada di kursi tunggu pun menengok ke arah yang sama. Ada wajah2 panik. Kirain ada percobaan bunuh diri. Ternyata ada segerombolan pemuda yang nekat naik kereta Pertamina. Pengennya sih gratis, eh, malah ketangkep. Nah, segerombolan pemuda tadi diinterogasi di ruang satpam. Moment itu kami manfaatkan buat photo2. Tetep deh..

Setelah menuggu beberapa menit, pemuda2 itu akhirnya dilepas di alam bebas. Kami pun mengemasi barang masing2. Tapi, tunggu dulu. Tiba2 saya dipanggil ama pak satpam. KTP dan NIM saya diminta. Beberapa keterangan tentang diri saya dicatat. Ditahan beberapa menit. Ditanyai ini itu. Wah, apalagi nee? Ternyata Cuma dicatat. Antisipasi kalo nanti ada sesuatu. Tapi pak satpam sempet cengar cengir ngliat tanggal lahir saya :)

Jam satu lebih lima belas menit. Akhirnya kami pulang bersama2. Btw bayar peron yang kurang tigaribu jadinya gak dibayar. Soalnya penjaganya gak ada. Hehehe.

Syuting hari ini selesai sudah. Tinggal proses editing. Ada semacam perasaan kehilangan. Masih berharap bisa produksi film lagi. Bisa syuting lagi (^_^).

Salam,
Manajer Produksi IdeKita Production.

Saturday, December 5, 2009

Beberapa Kejutan di Hari Pertama Syuting


Sabtu, 05 Desember 2009

Pukul enam pagi dering hape telah membangunkan beberapa insan yang tengah menikmati selimut hangatnya. Sebuah telpon dari Manajer Produksi yang gak bakalan nyerah sebelum telponnya diangkat.

“jam tujuh di lokasi ya..”. Terdengar beberapa jawaban. Oke. Ya. Hmmm (masih setengah tidur). Otw (yakin lo?).

Pukul Tujuh pagi. Beberapa orang tengah bergerombol di depan stasiun Lempuyangan dengan mata merah karena terpaksa bangun pagi buta. Masih harus nunggu juga bebepa kru yang belum dateng (emang za, jadi orang Indonesia tu gak afdhol kalo belum ngaret.hehe). Tentunya kesempatan itu gak bakalan di sia2in. Photo2 mode on. Gak peduli perut laper en mata masih pengen merem, kalo dah ketemu ama kamera nee, langsung dech pasang gaya..

Orang yg ditunggu2 akhirnya dateng juga. Sang kemeramen ama sang pembawa sarapan. Tanpa basa-basi semua orang yg tengah bergerombol tadi langsung masuk peron. Sang manajer produksi menghitung berapa ekor yang bakalan masuk dan musti bayar karcis peron. Semua segera sarapan (ala kadarnya) dan menuju markas. Markas yang kami maksud adalah pos satpam yang ada di dalam peron, yang disewa dadakan ^_^. Untungnya si pak satpam baeek bgt mau ngejagain barang bawaan kami. Penghargaan setinggi-tingginya untukmu wahai pak satpam.

O iya, kami ceritakan dulu mengapa kami ujuk-ujuk kumpul di stasiun Lempuyangan. Kami tidak sedang mudik bareng ato mau jalan2 bareng. Nggak. Kami yang tergabung dalam rumah produksi IdeKita Production mau syuting (wheee nggaya tenan). Kebetulan lokasi yg digunakan adalah stasiun Lempuyangan. Kami akan memproduksi sebuah film pendek berjudul Pada Sebuah Stasiun (meski jujur nee, judul itu belum fix sepenuhnya). Film ini dijadiiin tugas akhir mata kuliah Dramaturgi.

Ada empat belas orang keren yang terlibat dalam pembuatan film pendek ini. Anis Mashlihatin (Manajer Produksi), Muh rasyid Ridlo (Director of Photography), Erlina Rakhmawati (Kameramen), Kholis (kameramen), Inta Fitriya Devi (Sutradara), Rissa Maistyari (Art Director, merangkap konsumsi), Srikandi Yuniar (Script Writter, merangkap Clapper girl), Abimayu (aktor ), Andhit (aktris), Vera (aktris), Taufiq (aktor), Danar (aktor), Diaz (aktor), Indah (aktris).

Jam setengah sembilan. Sarapan udah kelar. Dilanjutin briefing sejenak. Beberapa kameramen nyiapin handycam ama tripodnya masing2. Tim make up en wardrobe beraksi menyulap para artis biar jadi oke. Sang manajer produksi ngatur situasi di peron.

Saatnya pengambilan gambar. Ternyata gak gampang za..(musti diulang2. Berkali-kali). Sang sutradara mengarahkan artis. Ekspresinya mana?. Hehe. Aktor utama yang berperan sebagai Arya (Abimanyu) musti berjuang keras agar sesuai dengan keinginan sutradara. Taufiq yang berperan sebagai penjual koran emang Te O Pe Be Ge Te. Pantes banget jadi penjual koran. Haha. Dia sedang menawarkan koran pada orang2 yang ada di peron, tapi sayang gak ada yang mau beli. Dia pun sabar banget meski harus ngulang berkali2. Yang gak sabar sutradara ama kameramennya. Hahaha.. Danar yang berperan jadi pengamen juga oke banget. Jiwa pengamennya (eh, penyanyi) kontan keluar didukung dengan rambut gondrongnya yang keren.

Jam setengah sepuluh. Asisten Mas Alvein (sang Dosen) yang namanya Fendi dateng bareng temennya (aku gak tau namanya, soalnya belum sempet kenalan. Wah, amat sangat disayangkan! Haha). Ia mengemban amanat sang dosen, yang berhalangan hadir karena masih diluar kota, buat ngliat jalannya syuting. Tapi Cuma bentar, soalnya ada panggilan mendadak..
Giliran scene keluar dari kereta yang diperanin si Indah musti dipending. Gara2nya gak dapet situasi yang crowded. Pas kereta ada, gak ada orang2 yang naik-turun. Kita telat. Kedatangan kereta di jalur 3 tidak sempat direkam karena gak tau kalo ada kereta datang. Gak kedengeran (kok bisa? Buktinya bisa tuh.hehe) Tertutup kereta di jalur 2. Akhirnya, scene itu dipending hari berikutnya..

Tim kameramen berjuang sekuat tenaga biar dapet gambar yang bagus. Mereka rela mengulang2 biar dapet hasil yang maksimal. Sang manajer produksi ngatur situasi agar orang2 yang duduk di kursi tunggu peron berekspresi natural. Gak cengar-cengair, narsis, atopun gugup. Untungnya mereka cukup membantu.

Waktu pengambilan gambar ada hal yang bikin kami jengkel tapi gak bisa jengkel (gimana tuh ngejelasinnya). Si Abim gak bisa berekspresi kecewa gara2 lawan mainnya cantik banget dan memasang senyum manis. wah, ampek ngulang2 beberapa kali. Weleh2, belum apa2 udah cinlok. Ckckckcckc… Piiz

Jam dua belas. Break dulu. Konsentrasi udah mulai buyar soalnya perut udah pada keroncongan. Ajakan makan siang disambut riang oleh semua kru dan artis. Saatnya makaaan. Hmm, menu yang dipilih ama tim konsumsi emang mak nyus. Sangat bersahabat dengan cacing2 di perut yang udah pada demo. Yang udah slese makan nganjutin sholat dzuhur. Saatnya menghadap yang Maha Kuasa. Tidak lupa berdoa agar syuting berjalan lancar tanpa gangguan.

Ada diskusi menarik diantara kami disela2 break. Biangnya adalah si Ridlo. Dia ngajuin teka-teki yang gak sampai saat ini belum ada yang bisa njawab. Ada dua orang bapak dan dua orang anak. Mereka sedang memancing dan masing2 mendapat satu ekor ikan.kemudian ikan tersebut dikumpulkan. Ada berapa jumlah ikan sekarang? Siapa pun yang tahu jawabannya tolong kasih tau ya, soalnya si ridlo bersikukuh gak mau ngasih tahu jawabannya sebelum syuting selesai. Dan kami jengkel bgt dibikin penasaran kayak gitu. Palagi si Taufiq. Wah..dia yang paling penasaran diantara kami..

Jam satu. Hujan. Wah, sumpah deh, ternyata hujan di stasiun tuh keren banget. Meski hujan nee, semua kru dan artis bersikukuh melanjutkan syuting. Toh peron ada atapnya, gak ngaruh kan. Syuting dimulai lagi. Masih ngulang adegan si Abim yang musti nunjukin wajah kecewanya. Si Erlin berjuang mati2an meragain ekspresi kecewa. Setelah melalui beberapa take akhirnya berhasil juga. Manajer produksi beserta kru yang lain masih mengatur situasi. Musti bilang ke beberapa orang yang duduk di stasiun agar berekspresi natural dan tidak duduk di kursi2 tertentu.

Ada mbak Ima (kakak angkatan) datang ngliat jalannya syuting.
Jam dua. Syuting hari ini disudahi. Semua kru dan artis kembali ke markas untuk briefing syuting besok. Ada beberapa artis hari ini yang udah gak dateng buat syuting besok karena scenenya udah selese diambil. Acara selanjutnya adalah photo2 (apa pun yang terjadi acara satu ini gak boleh dilupain dan harus dilaksanakan!). Semua berpose dengan gaya seksinya masing2. Setelah beberapa jepretan hasil bidikan mbak Ima, kami semua mulai mengemasi barang2 dan semua peralatan. Tidak lupa mengucapkan terimaksih yang sebesarnya pada pak satpam yang dengan kerelaannya telah bersedia membantu.

Tapi tunggu dulu. Ada peristiwa yang menghambat kepulangan kami. Kunci motornya si Abim Ilang! Owalah, kamu taruh dimana toh Bim. Tak ayal, semua kru mencari disemua sudut, saku, dan tas masing2. Jangan2 tak sengaja nyelip. Setelah beebrapa menit pencarian, hasilnya nihil. Semua sudut stasiun udah dicari. Tempat sampah juga udah. Pak penjaga parkir juga udah ditanyain, jangan2 kuncinya masih nempel di motor. Ternyata belum ada juga. kami pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore. Udah pada kangen berat ama kansur dan bantal masing2.

Simsalabim! Dari kantong si Abim muncul sebentuk kunci motor. Sialan. Dia udah nemuin tapi gak bilang2. Ternyata kuncinya ketinggalan di toilet. Wah..lega!

Hari ini kami pulang dengan berbagai pengalaman yang dahsyat. Tapi perjuangan belum berakhir, masih ada syuting hari esok. Yang tentunya lebih dahsyat lagi J

Salam,
Manajer Produksi IdeKita Production.

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...