Sunday, November 25, 2012

halo, lampu kota dan jalanan basah :)

saya sering bilang, jalanan adalah sebuah taman rahasia. ruang sosial yang menjadi ruang paling pribadi. dan bagi saya, kombinasi antara lampu kota dan jalanan basah itu selamanya puitis. nah, pada tahun 2008, pendapat saya itupun sepertinya disetujui oleh sebuah band asal Yogyakarta bernama Lampu Kota. mereka membuat lagu yang berjudul “Jangan Mati”.

Lampu kota satu persatu menyala
menerangi, malam ini
temani aku, menghabisi malam
ku selalu, berkendara

Lalu,
turun hujan, semoga engkau tak mati
teruslah kau terangi
jalanku jangan mati
hiduplah, sampai pagi,
hiduplah, jangan mati

Jalanan sepi, waktu menjelang pagi
malam ini (malam ini)
ku tak bermimpi (ku tak bermimpi)
dibayangi embun, yang mulai mencair
membasahi (membasahi)
tubuh ini (tubuh ini)

ku masih ingin disini
melihat indah cahaya
yang bersinar
di atas kotaku

ku hanya ingin berlari
mengejar kilau cahaya
yang bersinar
di atas kotaku
uuu...


bedanya adalah, jika saya lebih suka menikmati momen puitik itu dengan duduk diam melihat pantulan-pantulan cahaya, juga hujan yang sebentar lagi reda, mereka lebih menikmatinya dengan bergerak, berkendara. menerobos jalanan. mengejar kilau cahaya.

apapun itu, selamat menikmati hujan dan lagu-lagu kesayangan. selamat menemukan taman rahasia di jalanan yang sedang Anda lalui. oya, sebentar lagi Desember. entah mengapa November ini terasa begitu cepat berlalu...

Thursday, November 22, 2012

anggap saja ini sebuah pertemuan

dan lagi, saya mengeklik folder “Pure Saturday”, kemudian mengeklik “play”. pasang headset. dan spontan saya bilang, Pure Saturday memang masih yang terbaik di kelasnya. meskipun posisi suara Remedy Waloni (TTATW) sulit sekali digeser dari telinga saya, hehe, tapi tak dapat saya pungkiri, setiap kali mendengarkan Pure Saturday, saya larut.

adalah sebuah percakapan di sebuah warung mie ayam di pinggiran Jl. Sudirman. sore itu. seorang di samping saya bercerita telah menonton sebuah konser yang membuatnya berkata “ternyata aku ijek enom e, Nis.” dan grup band yang sedang manggung waktu itu adalah Pure Saturday dan (kalo gak salah) TheMilo. yang TheMilo ini saya sudah tau dan sudah ndengerin beberapa lagunya. yang Pure Saturday, saya menggelengkan kepala. dia pun berjanji meminjami CD albumnya.

karena penasaran, sepulang dari warung mie ayam itu saya pun googling. muncullah beberapa artikel tentang Pure Saturday. pada saat itu juga radio yang saya nyalakan sedang membincangkan Pure Saturday yang habis manggung. pas sekali, kan? apa namanya ini kalau bukan jodoh? halah. oh iya, hari itu berarti hari minggu. karena gelombang radio tadi biasanya membincangkan musik-musik non-minstream pada hari itu.

dua hari kemudian sebuah CD album sampai di tangan saya. kalau gak salah ini adalah album mereka yang ke-4. Time For A Change Time To Move On. di dalamnya adalah lagu-lagu lama dalam versi baru. ada dua belas lagu dalam album ini: Elora, Di Bangku Taman, Kosong, Nyala, Silence, Awan, Buka, Labyrinth, Gala, Pathetic Waltz, Pagi, dan Spoken. beberapa diambil dari album-album mereka sebelumya. sangat asoy. lirik-lirik yang mereka sajikan cukup matang. tanpa basa-basi sani sani. dan musiknya pun keren gilak!*musik keren gilak versi saya adalah yang bisa bikin kepala dan kaki gerak-gerak :D


tentu saja saya tidak akan membahas lagunya satu persatu. yang paling saya suka adalah Di Bangku Taman. entah mengapa. mungkin karena suasana yang terbangun. entah lagu entah sajak, saya selalu suka yang mampu mencipta suasana. “Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi”nya Goenawan Mohamad dan “Pada Suatu Pagi Hari”nya Sapardi Joko Damono adalah contoh sajak suasana yang berhasil, mampu menyihir. nah, lagu Di Bangku Taman, menurut saya, hampir setara dengan kedua sajak tersebut.

Cahaya lampu kuning tersamar
Tertutup lembut
Menanti gerak kabut pagi
Tanpa awan, tanpa terang

Terduduk tenang di bangku taman
Setelah lelah nikmati malam
Mata terpejam
Berbaur dengan rasa kantuk yang dalam


coba saja bayangkan suasana ketika cahaya lampu kuning di dini hari yang sunyi. di sebuah taman Anda duduk sendirian. tidak sedang menunggu siapa pun. hanya ingin diam dan berbincang dengan alam. angin yang berhembus tipis sesekali menyapa pipi Anda. begitu hening. begitu kudus. tapi kemudain Anda coba dihadapkan pada suasana yang berbeda. suasana yang demikian hening itu berbalik menjadi seratus delapan puluh derajat. dari gelap menjadi terang. menjadi riuh, terik, juga perih. menekan mendesak. Siang saat debu menghantam muka/ Yang penuh peluh dan luka. tapi disinilah menariknya. di bagian ini saya suka genjrengan gitarnya sih.

imaji saya ini tentu saja berseberangan dengan video klipnya, yang tersedia di youtube. hmm, betapa videoklip sungguh mereduksi imaji. haha. atau jangan-jangan imaji saya saja yang justru terlalu konyol :p

yang tak boleh dilewatkan adalah Kosong. konon kabarnya lagu ini sempat ngehits. lagu menceritakan kekecewaan, kegelisahan, tapi tetap menumbuhkan harapan di tengah jalanan panjang yang semakin lapang dan hanya dahan kering yang terpanggang. dalam lagu Labyrinth, saya seolah diajak berputar-putar pada suatu kondisi yang tak ada ujungnya. sebuah lingkaran simulakrum. musik yang mengiringinya pun nguing-nguing.

Iblis perang hancurkan sedih
Tubuh lelah terkurung gelap
Habis sudah rasa kemanusiaan
Hilang lenyap terkubur umur
Terkubur umur


nah, cobalah bayangkan suasana yang terbentuk. suasana ini jelas berbeda dengan suasana hening sebelum siang Di Bangku Taman. suram.

apapun itu, secara keseluruhan lagu-lagu dalam album ini mantap jaya. lagu-lagu lain di album yang lain (Pure Saturday, Elora, Utopia) pun oke punya. saya dapatkan dari mendonlot gratis. maafkan saya karena masih jadi popular culture fans seperti ini :'(. dan, hamdallah, beberapa bulan lalu mereka sudah mengeluarkan album terbaru: Grey. lagu-lagunya oyes banget. semoga terlahir album-album berikutnya lah.

mungkin tak seperti kebanyakan orang, saya tidak pernah ingin bertemu mereka. karena saya tidak pernah suka melihat konser. entah mengapa setiap kali datang ke sebuah konser musik, di tengah hingar-bingar itu saya selalu merasa sepi. betapa tidak nyamannya merasa sepi dalam suasana seperti itu. ealah, malah curhat!

Oke, inilah sedikit cerita pertemuan saya dengan Pure Saturday. mana ceritamu?

sepertinya ini adalah tulisan pertama saya tentang musik. hehe. saya peruntukkan pada seorang yang mengenalkan saya pada Pure Saturday itu. selamat berwisuda :'). Langit terbuka luas, begitu juga pikiranku pikiranmu. Time for a change..Time to move on!

*tak tulis di sela-sela ‘mumet’ saat nyari ontologi dan epistemologi strukturalisme-genetik :p

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...