Monday, May 16, 2016

kantong ajaib doraemon #1: dari fotografi sampai kacang hijau

Saya masih mengingat dengan jelas siang itu. Di lorong lantai satu gedung Poerbatjaraka, dia berkemeja kotak-kotak dengan tas selempang hijau, sedang duduk menunggu sambil membawa lembaran kertas. Saya menuju sisi lain, juga duduk menunggu. Hingga akhirnya dia duduk di sebelah saya karena orang yang kami tunggu adalah orang yang sama: Prof. Dr. Faruk. Kami hendak meminta tanda tangan beliau untuk keperluan KRS.

Waktu itu, Prof Faruk sedang ada rapat di salah satu ruangan. Dalam suasana menunggu itu, kami berkenalan dan mengobrol. Dia menanyakan penelitian saya. Kebetulan waktu itu saya membawa satu bendel kertas yang berisi beberapa bab tesis. Singkat cerita, kami kemudian tergabung dalam penelitian dengan objek formal yang sama dan mengerjakannya di ruangan yang sama pula.

Semenjak saat itu, keberuntungan seperti mengikuti saya. Kursinya berada di samping saya sehingga dia adalah orang pertama yang saya ajak diskusi ketika ada persoalan. Mulai dari persoalan penelitian hingga persoalan laptop yang tiba-tiba error. Karena dia dulu sekolah di SMK jurusan perkomputeran, persoalan komputer bisa ditanganinya dengan mudah. Saya juga belajar banyak darinya tentang beberapa program dan aplikasi.

Keberuntungan saya tak hanya sampai di situ. Sebagai seorang yang menggilai Arswendo, dia mencekoki saya karya-karya penulis keren itu, membuat saya mengenal Bong dan Keka. Dan saya menyesal mengapa dari dulu tak membaca karya-karya Arswendo, tentu saja selain Canting.

Dia adalah seorang fotografer handal. Saya doakan semoga dia segera berhasil membuat pameran tunggal. Dari dialah saya jadi mengenal Sebastiano Salgado dengan karyanya yang monumental itu: Genesis. Juga fotografer-fotografer dunia yang lain. Dia juga teman bertualang yang menyenangkan. Kegemarannya menjelajahi tempat-tempat asing pernah membuatnya mencicipi death experience. Kegemarannya yang lain adalah mengoleksi barang-barang kuno (kalau tak boleh disebut rongsokan). Itulah sebabnya klitikan adalah tempat favoritnya. Saat di Australia pun, yang dicarinya adalah tempat semacam klitikan.

Saya benar-benar beruntung punya teman yang baik seperti dia. Dia memberi saya banyak hal, tapi saya tak pernah memberinya apa-apa. Di situlah saya sering merasa sedih. Oh ya, di antara sekian banyak hal yang diberikan kepada saya, saya paling senang ketika dia memberitahu cara cepat memasak kacang hijau di magic-com. Hahaha.

Fyi, namanya Arif Furqan. Cari aja instagramnya kalo mau tau (sebagian) karya-karya fotonya.

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...