Saturday, December 5, 2009

Beberapa Kejutan di Hari Pertama Syuting


Sabtu, 05 Desember 2009

Pukul enam pagi dering hape telah membangunkan beberapa insan yang tengah menikmati selimut hangatnya. Sebuah telpon dari Manajer Produksi yang gak bakalan nyerah sebelum telponnya diangkat.

“jam tujuh di lokasi ya..”. Terdengar beberapa jawaban. Oke. Ya. Hmmm (masih setengah tidur). Otw (yakin lo?).

Pukul Tujuh pagi. Beberapa orang tengah bergerombol di depan stasiun Lempuyangan dengan mata merah karena terpaksa bangun pagi buta. Masih harus nunggu juga bebepa kru yang belum dateng (emang za, jadi orang Indonesia tu gak afdhol kalo belum ngaret.hehe). Tentunya kesempatan itu gak bakalan di sia2in. Photo2 mode on. Gak peduli perut laper en mata masih pengen merem, kalo dah ketemu ama kamera nee, langsung dech pasang gaya..

Orang yg ditunggu2 akhirnya dateng juga. Sang kemeramen ama sang pembawa sarapan. Tanpa basa-basi semua orang yg tengah bergerombol tadi langsung masuk peron. Sang manajer produksi menghitung berapa ekor yang bakalan masuk dan musti bayar karcis peron. Semua segera sarapan (ala kadarnya) dan menuju markas. Markas yang kami maksud adalah pos satpam yang ada di dalam peron, yang disewa dadakan ^_^. Untungnya si pak satpam baeek bgt mau ngejagain barang bawaan kami. Penghargaan setinggi-tingginya untukmu wahai pak satpam.

O iya, kami ceritakan dulu mengapa kami ujuk-ujuk kumpul di stasiun Lempuyangan. Kami tidak sedang mudik bareng ato mau jalan2 bareng. Nggak. Kami yang tergabung dalam rumah produksi IdeKita Production mau syuting (wheee nggaya tenan). Kebetulan lokasi yg digunakan adalah stasiun Lempuyangan. Kami akan memproduksi sebuah film pendek berjudul Pada Sebuah Stasiun (meski jujur nee, judul itu belum fix sepenuhnya). Film ini dijadiiin tugas akhir mata kuliah Dramaturgi.

Ada empat belas orang keren yang terlibat dalam pembuatan film pendek ini. Anis Mashlihatin (Manajer Produksi), Muh rasyid Ridlo (Director of Photography), Erlina Rakhmawati (Kameramen), Kholis (kameramen), Inta Fitriya Devi (Sutradara), Rissa Maistyari (Art Director, merangkap konsumsi), Srikandi Yuniar (Script Writter, merangkap Clapper girl), Abimayu (aktor ), Andhit (aktris), Vera (aktris), Taufiq (aktor), Danar (aktor), Diaz (aktor), Indah (aktris).

Jam setengah sembilan. Sarapan udah kelar. Dilanjutin briefing sejenak. Beberapa kameramen nyiapin handycam ama tripodnya masing2. Tim make up en wardrobe beraksi menyulap para artis biar jadi oke. Sang manajer produksi ngatur situasi di peron.

Saatnya pengambilan gambar. Ternyata gak gampang za..(musti diulang2. Berkali-kali). Sang sutradara mengarahkan artis. Ekspresinya mana?. Hehe. Aktor utama yang berperan sebagai Arya (Abimanyu) musti berjuang keras agar sesuai dengan keinginan sutradara. Taufiq yang berperan sebagai penjual koran emang Te O Pe Be Ge Te. Pantes banget jadi penjual koran. Haha. Dia sedang menawarkan koran pada orang2 yang ada di peron, tapi sayang gak ada yang mau beli. Dia pun sabar banget meski harus ngulang berkali2. Yang gak sabar sutradara ama kameramennya. Hahaha.. Danar yang berperan jadi pengamen juga oke banget. Jiwa pengamennya (eh, penyanyi) kontan keluar didukung dengan rambut gondrongnya yang keren.

Jam setengah sepuluh. Asisten Mas Alvein (sang Dosen) yang namanya Fendi dateng bareng temennya (aku gak tau namanya, soalnya belum sempet kenalan. Wah, amat sangat disayangkan! Haha). Ia mengemban amanat sang dosen, yang berhalangan hadir karena masih diluar kota, buat ngliat jalannya syuting. Tapi Cuma bentar, soalnya ada panggilan mendadak..
Giliran scene keluar dari kereta yang diperanin si Indah musti dipending. Gara2nya gak dapet situasi yang crowded. Pas kereta ada, gak ada orang2 yang naik-turun. Kita telat. Kedatangan kereta di jalur 3 tidak sempat direkam karena gak tau kalo ada kereta datang. Gak kedengeran (kok bisa? Buktinya bisa tuh.hehe) Tertutup kereta di jalur 2. Akhirnya, scene itu dipending hari berikutnya..

Tim kameramen berjuang sekuat tenaga biar dapet gambar yang bagus. Mereka rela mengulang2 biar dapet hasil yang maksimal. Sang manajer produksi ngatur situasi agar orang2 yang duduk di kursi tunggu peron berekspresi natural. Gak cengar-cengair, narsis, atopun gugup. Untungnya mereka cukup membantu.

Waktu pengambilan gambar ada hal yang bikin kami jengkel tapi gak bisa jengkel (gimana tuh ngejelasinnya). Si Abim gak bisa berekspresi kecewa gara2 lawan mainnya cantik banget dan memasang senyum manis. wah, ampek ngulang2 beberapa kali. Weleh2, belum apa2 udah cinlok. Ckckckcckc… Piiz

Jam dua belas. Break dulu. Konsentrasi udah mulai buyar soalnya perut udah pada keroncongan. Ajakan makan siang disambut riang oleh semua kru dan artis. Saatnya makaaan. Hmm, menu yang dipilih ama tim konsumsi emang mak nyus. Sangat bersahabat dengan cacing2 di perut yang udah pada demo. Yang udah slese makan nganjutin sholat dzuhur. Saatnya menghadap yang Maha Kuasa. Tidak lupa berdoa agar syuting berjalan lancar tanpa gangguan.

Ada diskusi menarik diantara kami disela2 break. Biangnya adalah si Ridlo. Dia ngajuin teka-teki yang gak sampai saat ini belum ada yang bisa njawab. Ada dua orang bapak dan dua orang anak. Mereka sedang memancing dan masing2 mendapat satu ekor ikan.kemudian ikan tersebut dikumpulkan. Ada berapa jumlah ikan sekarang? Siapa pun yang tahu jawabannya tolong kasih tau ya, soalnya si ridlo bersikukuh gak mau ngasih tahu jawabannya sebelum syuting selesai. Dan kami jengkel bgt dibikin penasaran kayak gitu. Palagi si Taufiq. Wah..dia yang paling penasaran diantara kami..

Jam satu. Hujan. Wah, sumpah deh, ternyata hujan di stasiun tuh keren banget. Meski hujan nee, semua kru dan artis bersikukuh melanjutkan syuting. Toh peron ada atapnya, gak ngaruh kan. Syuting dimulai lagi. Masih ngulang adegan si Abim yang musti nunjukin wajah kecewanya. Si Erlin berjuang mati2an meragain ekspresi kecewa. Setelah melalui beberapa take akhirnya berhasil juga. Manajer produksi beserta kru yang lain masih mengatur situasi. Musti bilang ke beberapa orang yang duduk di stasiun agar berekspresi natural dan tidak duduk di kursi2 tertentu.

Ada mbak Ima (kakak angkatan) datang ngliat jalannya syuting.
Jam dua. Syuting hari ini disudahi. Semua kru dan artis kembali ke markas untuk briefing syuting besok. Ada beberapa artis hari ini yang udah gak dateng buat syuting besok karena scenenya udah selese diambil. Acara selanjutnya adalah photo2 (apa pun yang terjadi acara satu ini gak boleh dilupain dan harus dilaksanakan!). Semua berpose dengan gaya seksinya masing2. Setelah beberapa jepretan hasil bidikan mbak Ima, kami semua mulai mengemasi barang2 dan semua peralatan. Tidak lupa mengucapkan terimaksih yang sebesarnya pada pak satpam yang dengan kerelaannya telah bersedia membantu.

Tapi tunggu dulu. Ada peristiwa yang menghambat kepulangan kami. Kunci motornya si Abim Ilang! Owalah, kamu taruh dimana toh Bim. Tak ayal, semua kru mencari disemua sudut, saku, dan tas masing2. Jangan2 tak sengaja nyelip. Setelah beebrapa menit pencarian, hasilnya nihil. Semua sudut stasiun udah dicari. Tempat sampah juga udah. Pak penjaga parkir juga udah ditanyain, jangan2 kuncinya masih nempel di motor. Ternyata belum ada juga. kami pun memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore. Udah pada kangen berat ama kansur dan bantal masing2.

Simsalabim! Dari kantong si Abim muncul sebentuk kunci motor. Sialan. Dia udah nemuin tapi gak bilang2. Ternyata kuncinya ketinggalan di toilet. Wah..lega!

Hari ini kami pulang dengan berbagai pengalaman yang dahsyat. Tapi perjuangan belum berakhir, masih ada syuting hari esok. Yang tentunya lebih dahsyat lagi J

Salam,
Manajer Produksi IdeKita Production.

No comments:

Post a Comment

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...