kenapa tumben? karena kata salah seorang dosen saya, saya itu orangnya nggak bisa bersikap romantis. nggak pantes pacaran dan ngomongin cinta-cintaan. boro-boro ngomongin cinta, naksir cowok aja sukanya yang udah tua-tua dan sudah berkeluarga. hahaha.
sebenarnya saya juga tidak tahu mengapa tiba-tiba pengen nulis tentang cinta. entah karena beberapa orang di sekitar saya sedang jatuh cinta atau sayanya yang sedang galau soal cinta, saya juga nggak tahu. ini bukan cinta kepada tuhan. bukan juga pada binatang dan tumbuhan. bukan pada orang tua. bukan. ini cinta jenis yang “itu” lho. cinta yang katanya melibatkan emosi yang nggak biasa. cinta yang bisa bikin makhluk bernama manusia jadi senewen. katanya sih..
saya menyaksikan: ada orang yang menghabiskan waktunya untuk memandangi foto gadis pujaan sambil bekerja keras membuat seribu puisi. ada orang diam-diam mencintai dan memilih untuk memandang gadis pujaan dari jauh. ada orang yang mati-matian meyakinkan dirinya bahwa dia mencintai kekasihnya. ada pula yang sedang berniat meninggalkan sang kekasih tapi merasa berdosa lantaran sang kekasih terlalu baik. ada orang yang berjuang keras mempertahankan hubungan karena tidak disetujui orang tua. ada orang yang mencintai orang yang sudah berkeluarga dan rela dijadikan simpanan. ada orang yang telah lama menderita karena berpura-pura mencintai kekasihnya, dan ia tetap memilih untuk menderita dari pada meninggalkannya. dan lain-lain. dan lain-lain..
begitu banyak cerita. sangat banyak. dan semuanya punya alasan masing-masing. dan semuanya terjadi di sekitar saya. nah, saya termasuk yang mana?
saya juga tidak tahu. atau lebih tepatnya, saya tidak mau orang lain tahu. Hehe. tapi yang jelas saya percaya kok kalau orang melakukan sesuatu itu ada alasannya. kenapa ia berbuat ini atau itu. kenapa ia lebih memilih si A dari pada si B. kenapa si ini tiba-tiba bisa sama si itu. semua ada alasannya. apakah dengan demikian hubungan cinta harus ada alasan? eh, cinta itu apa sih?
lagi-lagi saya tidak tahu. dan terbuktilah bahwa saya tidak pandai bicara soal cinta. tapi, tunggu dulu, apakah karena nggak bisa bicara soal cinta lantas saya gak punya cinta? belum tentu. gini-gini saya pernah kok merasakan yang namanya jatuh cinta. di mana suasana tiba-tiba berubah jadi slow motion kayak di film-film. di mana jantung rasanya mau copot meskipun cuma ngliat sekelebatan mata. dan pada akhirnya saya benar-benar jatuh (cinta). halah...gak logis? berlebihan??
banyak yang bilang cinta itu nggak logis. tapi menurut saya, satu-satunya hal di dunia ini yang paling logis adalah cinta. Weeeeee..
tapi saya jadi bingung melanjutkan tulisan ini. jadinya kok nggak karu-karuan gini ya. Kemana-mana, nggak jelas. Sungguh saya memang tidak ditakdirkan untuk bicara soal cinta. Hahaha. Mbuh lah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment