“kita gak bisa hidup tanpa kapital. kapitalisme itu hanya bisa diselingkuhi,” begitu kata seorang kawan. dan menurut saya, tetap ada berbagai cara menentang hegemoni kapitalisme itu. ada cara-cara sederhana (tapi mungkin gak mudah) untuk mengubah kebiasaan kita yang secara tak sadar telah digerakkan oleh jaring-jaring kapitalisme. dan mengubah kebiasaan adalah tindakan politis yang berguna untuk melawan suatu hegemoni. oke, ini sangat berhubungan dengan konsumsi.
inilah kesepakatan kami:
“tidak berbelanja barang-barang kebutuhan pokok di minimarket-minimarket, carrefour, hypermart; tidak makan ayam di KFC-KFC, McD; tidak nonton film di xxi-xxi yang berselera hollywood. sebagai gantinya, memilih berbelanja di pasar tradisional, di pasar rakyat, di pasar malam; membajak film hollywood sebanyak-banyaknya (haha) dan nonton film-film yang gak mesti hollywood; memilih makan ayam di warung-warung lesehan yang bertebaran di jalan-jalan.”
kalau belum bisa sepenuhnya, maka kurangi frekuensinya. karena preferensi dan selera itu ideologis. hehe :D
*tapi ada dilemanya. di mal-mal itu, di hypermart, dan di warung cepat saji itu ada para buruh: ada petugas cleaning service, waitress, dan lainlain yang bergantung pada agen. hemm. tapi tunggu dulu lah, perlu kita ukur prosentasenya. kedatangan kita ke sana itu lebih menguntungkan agen atau buruh? nah!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
perlahan harus mengubah kebiasan. dan buat kebiasan baru, dan waktu akan menentukannya,,, Apa nasib waktu dimasa depan, aku tidak tahu. hehhehehehhe
ReplyDeletesetidaknya mencoba membangun kesadaran berpikir dan bernurani. sip :)
Delete