Wednesday, March 2, 2016

hujan deras dan jubah ajaib

Di sini, hampir setiap hari hujan turun. Sangat deras. Seringkali diiringi angin dan petir. Jika demikian, aku buru-buru menuju jendela. Menyaksikan sepotong peristiwa itu dari sana. Aku melihat bambu-bambu yang doyong dan meliuk-liuk diterpa angin. Juga pohon-pohon pisang yang daun-daunnya koyak. Pohon trembesi yang kokoh hanya melambaikan ranting-rantingnya. Sementara rumput-rumput dan bunga liar hanya bisa menerima dengan tabah serbuan pasukan air itu.

Tak jauh dari bambu-bambu, beberapa orang duduk berteduh di sebuah pondokan yang atapnya terbuat dari asbes (aku tak tahu persis ada apa di dalam pondokan itu). Mereka termangu-mangu menyaksikan gabahnya yang ditutupi terpal karena tak keburu mengangkatnya. Betapa susah mengeringkan gabah di musim penghujan seperti ini. Aku mengira, meski ditutupi terpal, gabah itu lebih basah dari sebelum dijemur tadi pagi.

Hujan di sini memang sering datang tanpa diantarkan mendung. Beberapa kali hujan datang saat sedang terik-teriknya. Deras sekali. Lalu berhenti tiba-tiba. Dan tak ada pelangi setelahnya.

Ketika hujan sedikit reda—sementara para penunggu gabah entah kemana—burung-burung kecil, burung merpati, dan ayam-ayam berbondong-bondong menuju tempat penjemuran gabah itu. Mereka berpesta. Makan sekenyang-kenyangnya. Bagian diriku yang berjubah gaib seperti milik Harry Potter kubiarkan mendekati kawanan burung itu. Berada di tengah-tengah mereka. Melambaikan tangan pada diriku yang lain, yang ada di balik jendela.

Aku suka melihat burung-burung kecil itu terbang serentak, seperti ada yang mengomando. Lalu berbaris berjejeran di atap pondokan. Aku juga suka memerhatikan gerak leher dan kepala burung merpati yang mematuki gabah. Lalu setelah kenyang mereka terbang ke sarangnya yang tak jauh dari pondokan. Kepak sayapnya begitu menggetarkan. Sementara itu, ayam-ayam seperti tak pernah kenyang.

Jika sedang hujan dan tak ada gabah yang dijemur, beberapa anak laki-laki sering main bola atau bersepeda di sana. Pemandangan yang lebih sering kulihat di film-film itu kini bisa kusaksikan di depan mataku. Ada gejolak aneh setiap kali melihat mereka. Ada dorongan yang sangat kuat untuk bergabung dengan mereka. Dan aku tak kuasa menepis godaan itu. Teriakan-teriakan, ciptaran-cipratan air. Aku melebur bersama mereka. Aku yang berjubah ajaib.

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...