untuk Sandi, Windi, dan Candra yang menikah di bulan Juli
Celine memang seorang gadis muda yang terlalu mudah untuk dicintai. Dia cantik, berwawasan luas, suka membaca buku, asyik diajak ngobrol apa saja. Adalah Jesse, seorang pemuda beruntung yang berhasil mengajak ngobrol gadis muda itu beberapa saat di sebuah kereta. Mereka membicarakan berbagai macam hal: tentang orang Amerika yang tak bisa berkomunikasi selain menggunakan bahasa Inggris, tentang usaha Jesse belajar bahasa Prancis, ide tentang acara televisi, ambisi dan khayalan masa kecil, kematian, dan lain sebagainya.
Sayangnya, obrolan menyenangkan itu harus terhenti karena kereta sudah sampai di tempat tujuan Jesse: Wina, Austria. Tapi, Jesse yang terlalu sadar akan pesona Celine, tak mau melewatkan kesempatan untuk bisa ngobrol lebih lama. Dengan sedikit usaha, pemuda itu berhasil menjerat si gadis untuk menemaninya berkeliling menjelajahi Wina.
Itulah bagian awal film Before Sunrise. Sepanjang film, mereka terlihat seperti dua orang yang begitu cocok. Mereka mengelilingi Wina sambil mengobrolkan cinta, perang, kebebasan, orang tua, teknologi. Mereka mengunjungi makam, gereja, klub, café, juga melihat Sungai Danube dari ketinggian. Mereka bertemu perempuan gibsi, aktor drama, penyair jalanan. Ya, Celine dan Jesse berusia 20-an awal, muda dan penuh gairah kehidupan. Bunga cinta bermekaran di dada keduanya.
Sembilan tahun berlalu tanpa komunikasi apapun dan tiba-tiba mereka bertemu lagi di Paris dalam usia 30-an, dalam Before Sunset. Di usianya yang 30-an itu Celine masih tetap menakjubkan. Wawasannya semakin luas dan dia masih seorang perempuan yang asyik diajak ngobrol sambil menyusuri jalan-jalan di Paris. Mereka mengobrolkan permasalahan-permasalahan dunia, relasi antarmanusia, pertemuan dan perpisahan, pernikahan, sambil menekan kerinduan masing-masing. Jesse, yang telah menjadi penulis sukses, lagi-lagi terpikat oleh pesona Celine.
Obrolan mereka begitu lancar seperti aliran Sungai Sainne tempat perahu mereka berlayar, meskipun ada sakit di hati Jesse akibat gagalnya pertemuan yang mereka rencanakan sembilan tahun yang lalu. Diam-diam Celine juga merasakan patah hati yang sama. Lalu di tengah obrolan itu, mereka mengungkapkan kekecewaan masing-masing. Ya, mereka telah mengalami banyak hal, percobaan cinta dan sakit hati dari kekasih.
Nah, sekarang mari melihat mereka dalam Before Midnight, saat keduanya berusia 40-an, hidup bersama dan punya anak. Pada usia 40-an itu, baik Celine maupun Jesse sudah menampakkan tanda-tanda penuaan. Secara fisik, keduanya tak lagi menarik. Tubuh Celine telah disinggahi lemak di sana sini. Tampang Jesse tak sesegar saat di Before Sunrise. Kerutan di mana-mana. Ia tampak berantakan dan lelah.
Adegan pembuka Before Midnight adalah perdebatan antara Celine dan Jesse di mobil, sepulang mereka mengantarkan anak Jesse ke bandara untuk kembali pada ibu kandungnya (ya, sebelum hidup bersama Celine, Jesse sebelumnya telah menikah, punya anak, dan bercerai). Adegan ini hampir sama seperti saat mereka pertama kali bertemu. Waktu itu ada seorang laki-laki dan perempuan, sepertinya sepasang suami istri, bertengkar di dalam kereta. Karena mereka berbicara dalam bahasa Jerman, baik Celine maupun Jesse tak tahu apa yang mereka pertengkarkan. Siapa sangka, bertahun-tahun kemudian mereka juga mengalami hal yang sama.
Celine bukanlah orang yang menganggap berkonflik sebagai hal yang buruk. Akan tetapi, setelah hidup bersama dengan Jesse dalam waktu yang relatif lama, mereka semakin sering berdebat dengan nada suara yang kian meninggi. Pertengkaran hebat pun tak dapat dihindari. Apa-apa yang selama ini terpendam, termuntahkan juga. Mereka mengutuk satu sama lain seperti musuh. Dan ya, seperti bom waktu, akhirnya kata-kata itu meluncur juga dari mulut salah satu di antara mereka sambil membanting pintu dengan keras: mungkin aku tak lagi mencintaimu.
Dalam puncak kemarahan yang demikian, apa yang mereka dilakukan? Tengah malam itu mereka harus memutuskan, apakah kebersamaan mereka akan terbenam selamanya, ataukah esok masih bisa terbit dan bersinar lagi.
Jesse duduk dan mengamati sekeliling ruangan. Ada secangkir teh yang telah menjadi dingin, pintu yang tertutup, sebotol anggur yang dituang dalam gelas bertangkai dan belum sempat disentuh, juga ranjang tempat mereka gagal bercinta. Sementara itu Celine duduk di sekitaran pantai. Di sana banyak pasangan yang mengobrol satu sama lain, tapi Celine sendirian.
Lalu terlihat Jesse mendekati Celine yang masih diliputi amarah. Jesse berupaya membawa Celine pada saat-saat pertama kali mereka bertemu, saat mereka saling jatuh cinta. Saat itu, Jesse tahu benar bahwa seseorang seperti Celine takkan takluk pada rayuan secerdas apapun. Tapi Jesse tetap berkukuh dengan usahanya. Ia bertahan dengan kekesalan Celine.
Dan mereka berdamai.
Saya yakin, jika Jesse tak memiliki pengalaman dalam perceraian, Celine tak punya sejarah masa lalu disakiti, mereka berdua tak akan mampu untuk berdamai seperti tengah malam itu. Saya juga meyakini bahwa, perdamaian itu bukan karena mereka tak ada pilihan lain selain bersama karena sudah punya anak. Lebih dari apapun, kenangan tak terhitung jumlahnya yang mereka bagi bersama-samalah yang memungkinkan mereka untuk berbaikan seperti yang mereka lakukan.
Oh ya, obrolan antara Celine dan Jesse selalu terjadi ketika mereka sedang bergerak, entah berjalan entah di dalam mobil. Menurut saya, ini menyimbolkan dunia dan kehidupan yang terus bergerak. Selain itu, Obrolan yang mengalir seperti aliran Sungai Danube dan Sainne itu dapat terjadi ketika di antara keduanya tak ada campur tangan ponsel, baik di Before suset maupun Before Sunrise. Sekalinya ada campur tangan ponsel (dalam Before Midnight), mereka tak lagi bisa ngobrol asyik. Yang terjadi justru pertengkaran hebat. Nah lo!
Ada yang bilang, kita bisa memilih dengan siapa kita menikah, tapi kita tak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta. Semoga, kalian bertiga, teman-teman yang kusayangi, semakin lama kalian menikah kalian akan semakin jatuh cinta. Segenap doa :)
Wednesday, July 27, 2016
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...