Yang saya suka, dia gak ngikutin apa maunya pembaca yang sebagian besar mungkin berharap bakal ketawa ngakak setelah mbaca tulisan-tulisannya. Tapi, dia mau pembacanya ikut bertumbuh bersamanya.
Radit gak memaksakan diri untuk menjadi penulis seperti waktu dia nulis Kambing Jantan. Yang humornya memang kentel banget. Konyolnya parah banget.
Sejak Manusia Setengah Salmon, porsi kontemplatifnya lebih banyak daripada humornya. Atau gini, dia lebih bisa menertawakan kepahitan hidup dengan cara yang lebih elegan. Lebih dewasa. Bukan berarti semakin dewasa jadi kehilangan sense humor sih. Enggak gitu juga. Masih ada sisi-sisi konyolnya juga kok. Cuma..apa ya? Lebih bijak aja sih ngerasanya~
Gak niat muluk-muluk. Tapi setidaknya, tulisan-tulisan Raditya Dika mencoba mengingatkan: pembaca dan penulis sama-sama (harus) bertumbuh.