Saturday, November 19, 2011

unsent letter



barangkali suatu saat kita harus duduk dan bicara. di sebuah warung kopi atau ronde di pinggir jalan yang masih basah oleh hujan. atau di mana saja. tentang banyak hal yang mungkin belum tuntas. tanyakan tentang apa saja dan aku pasti akan menjawabnya. sejujur-jujurnya. biar tak ada sesak yang menyangkut di dada.

oke? dan itu akan menjadi pembicaraan terakhir kita. barangkali

atau, kita tak usah bicara. sepertinya kata dan bunyi sudah seringkali berkhianat. beri kesempatan pada nurani untuk menyelesaikannya.




photocredit: http://dherdian.wordpress.com/2010/11/15/kotak-pos/&docid=EfsyQyw2Is0sQM&imgurl

Sunday, November 13, 2011

Annajah-Syafi’iyah, Kaifa haluk?

Dan ternyata aku merindukanmu, Annajah. Ternyata aku ingin kembali padamu, Syafiiyah.

Kaifa haluk, Annajah? Tiba-tiba aku merindukanmu begini. Di antara buku-buku poskolonial, posmodern, hegemoni, dekonstruksi, cultural studies dan apapun itu, aku merindukan matan-matan imriti. Masihkah nadhoman-nadhoman itu dilagukan dengan merdu? Aku merindu menghafai i’lal, nahwu, shorof, jurumiyah, mengotak-atik mubtada’ khobar. Aku juga rindu memutar otak dalam hitungan ilmu faroid itu.

Apa kabar kitab-kitab kuning? Masihkah para santri tertidur sambil memelukmu? Apa kabar majmu’? Dziba’? aku rindu bersholawat di malam-malam yang dingin itu. Sekarang ini aku lebih sering mengulang-ulang lagunya The Beatles.

Ustadz Rifai yang sering kali kukecewakan, kini tak satu nadhomanpun bisa kuingat. Hafalan Mabadil Fiqih yang empat juz itupun sudah kulupakan. Maafkan, maafkan.

***
Syafiiyah, sekali waktu kita harus bertemu. Aku merindukan pintu gerbangmu yang berderit-derit. Hampir lima tahun meninggalkanmu dan tak sekalipun aku menjengukmu. Maafkan. Adakah kau juga rindu padaku?

Masihkah tafsir quran menghidupkan pagimu? Masihkah para santri saling membangunkan untuk qiyamul lail? Masihkah selalu mengingatkan untuk Dhuha? Masih rajinkah puasa senin kamis? Masihkah ada roan, kegiatan yang dinanti sebab kami bisa bertemu santri putra? Masihkah santri putri gemar memakai parfum meski berkali-kali disindir Mbah Yai? Masih adakah TV hitam putih itu? Ataukah sudah masuk rongsokan?

Aku merindukan ngaji ba’da ashar yang seringkali kutinggalkan dengan alasan ekstrakurikuler, les, dan lainlain. Aku merindukan hafalan hadits yang tak kunjung kuselesaikan. Aku merindukan makan keroyokan pake tangan. Dan aku merindukan panggilan “Lily” itu.

Apa kabar Ustadz Rosyad, Ustadz Ghofur? Sepertinya aku butuh mengulang Ta’lim Mutaallim. Apa kabar Bu Nyai? Ning Leil? Masihkah sehat dan gemar memasak bandeng? Semoga suatu saat kita bisa bertemu.

Aku merindukanmu, merindukanmu..

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...