Sebelumnya saya ingin menegaskan bahwa tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk mencacah-cacah karya sang musisi. Selera musik saya buruk dan kemampuan audio saya tak bisa diandalkan. Tulisan ini pun tak diniatkan untuk menilai baik buruknya. Ini hanyalah usaha mengurai simpul-simpul sembari memetik pelajaran darinya.
Mendengar lagu ini, saya seperti dibawa pada perasaan-perasaan ambang. Antara resah, lega, sesal, tapi juga hanyut. Sayangnya saya tidak tahu cara menaruh link lagunya. hehe. Silakan cari sendiri di soundcloud ya. Tapi, setelah saya dengarkan berulang-ulang, kira-kira beginilah lirik yang bisa saya dengar.
Bersandar Pada Ruang Hampa Udara
pada antara yang kau punya
lupakan pesona di sana
dunia yang semula kau hasratkan dahulu
degup dan laju berirama
hingga sadar berganti warna
memutarkan semua yang kau rasakan dulu
dan waktu kupaksa ia menunggu
dan waktu kupaksa ia menunggu
dan waktu kupaksa ia menunggu
dan waktu kupaksa ia menunggu
Lagu ini berjudul “Bersandar Pada Ruang Hampa Udara”. Akan tetapi, seperti yang bisa kita lihat, dalam liriknya tidak ada sepatah katapun yang merujuk pada judul. Judul lagu seperti ini seketika mengingatkan saya pada sebuah film komedi romantis Suckseed. Di dalam film tersebut, terdapat kompetisi cipta lagu tentang cinta, tetapi judul lagu maupun liriknya tidak boleh menggunakan kata “cinta”.
Yang bisa saya bayangkan dari ruang hampa udara adalah sebuah ruang tanpa udara, kosong dari materi apapun. Tidak ada senyawa yang bisa dihirup oleh manusia. Ruang semacam ini biasanya ada di luar angkasa. Jika tidak menggunakan peralatan khusus, manusia yang berada di ruangan ini tidak akan bisa bertahan hidup karena tidak ada oksigen. Dengan kata lain, ia akan menjadi tersiksa, sakit. Bersandar berarti menyerahkan beban tubuh pada sesuatu di luar diri. Membagi setengah atau bahkan menyerahkan seluruh beban pada sesuatu tersebut. Lantas, apa yang dimaksudkan dengan bersandar pada ruang hampa udara? Bisakah kita bersandar pada kehampaan? Ruang yang justru membuat kita kesakitan? Mari kita lihat ke dalam ceruk liriknya.
Pada antara yang kau punya. Si kau sedang berada pada wilayah antara. Antara masa lalu dan masa kini, antara masa kini dan masa depan. Antara yang kekal dan yang fana. Antara kenangan dan harapan. Banyak sekali kemungkinan. Wilayah ini dibangun oleh dua wilayah yang lain. Itu berarti bahwa kau sedang berpijak pada satu titik yang memungkinkannya untuk melihat dua titik yang lain, pada jarak tertentu. Di luar kau, ada aku. Di sini, keberadaan aku masih samar-samar. Aku adalah persona yang berada di luar kau, yang menganjurkannya untuk lupakan pesona di sana pada dunia yang semula kau hasratkan dahulu.
Pada waktu yang telah lalu itu ada berbagai hasrat, keinginan, cita-cita, dunia yang lain, yang bagaimanapun memesonanya, tetap harus dilupakan. Berucap selamat tinggal pada dunia yang dulu dihasratkan. Wilayah antara di sini berperan sebagai ruang refleksi. Kilas balik terhadap yang telah lalu.
Bagi saya, ada yang kurang tepat pada penggunaan kata lupakan. Harusnya tidak perlu dilupakan. Melupakan adalah tindakan yang membutuhkan energi. Bahkan, terdapat kecenderungan semakin melupakan, ingatan akan semakin bermunculan. Itu akan semakin menambah rasa sakit. Lupakan juga termasuk hasrat, keinginan. Harusnya biarkan saja ingatan mengalir. Namun, lupakan juga bisa merujuk pada tindakan telah melupakan. Jika demikian, ia telah tersenyum pada yang telah lalu. Kata lupakan ini kemudian menjadi kata kunci lagu ini. Memang, lagu ini dibangun atas kedwimaknaan kata lupakan.
Dalam proses melupakan tersebut, degup dan laju berirama hingga sadar berganti warna. Memutarkan semua yang kau rasakan dulu. Gedup dan laju, gairah masa muda, berkelebatan seperti potongan film yang mendesak ingin diputar ulang. Dalam pada itu, terdapat kesadaran bahwa tak ada yang tak berubah. Semua telah berganti warna.
Setelah larik ini, petikan gitarnya sungguh ciamik. Menciptakan melodi dan suasana yang mengalir-menjauh.
Dan waktu kupaksa ia menunggu. Kalimat ini sangat ambigu. Ia memiliki beberapa kemungkinan pengertian. Pertama, yang dipaksa menunggu adalah waktu. Ini berarti si aku berada di luar waktu, bahkan melampaui waktu. Yang bergerak adalah si aku, bukan waktu. Meminjam kata-kata Sapardi Djoko Damono: yang fana adalah waktu, kita abadi. Barangkali seperti itu. Kemungkinan kedua, yang dipaksa mengunggu adalah ia. Pada larik ini si aku dan si ia tiba-tiba muncul dengan jelas. Kita pun jadi tahu bahwa sebenarnya si aku berbicara dengan dirinya sendiri. Kau seolah orang luar, padahal bukan. Pada kemungkinan yang kedua ini, kata waktu sejajar dengan saat atau ketika, bukan waktu yang merujuk pada kala. Larik ini diulang-ulang hingga empat kali. Ini bisa berarti penyesalan atau justru penekanan. Penekanan bahwa si aku menyesal? Atau si aku telah melupakan?
Secara keseluruhan, dalam lagu ini, masa depan tidak terlalu dominan. Waktu hanya terkosentrasi pada masa lalu dan masa kini. Dan si aku lebih berpijak atau memilih kekinian.
Lalu, apa hubungannya larik-larik tersebut dengan bersandar pada ruang hampa udara? Dalam konsep ajaran Budha, ada yang dinamakan dengan "memeluk lembut rasa sakit". Jika dihadapkan pada konsep tersebut, bersandar pada ruang hampa udara berarti bersandar pada kesakitan, pada ruang yang membuatnya tercekik sekalipun. Bukan menghindar darinya. Terdapat kepasrahan di balik bersandar. Kemudian memeluk lembut kesakitan sehingga yang diperoleh adalah kearifan dan kasih sayang. Telah melupakan mengindikasikan bahwa diri telah melepas segala pesona, segala hasrat.
Kalau ruang hampa udara diartikan sebagai ruang kosong, itu berarti si aku bersandar pada kekosongan. Mengembalikan diri dan semesta pada kekosongan, pada Yang Maha Kosong. Karena sifatnya yang kosong, Ia justru bisa menampung segalanya. Itulah mengapa Ia adalah sebaik-baik tempat bersandar.
*Selamat berulang tahun, pelantun Hot Chocolate di cafe malam itu. Selamat berkarya. Kutunggu karyamu selanjutnya yes! :')
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
beberapa hari setelah saya posting tulisan ini, saya baru tahu kalau saya salah lirik. maap yak :|
ReplyDelete