Bunga, nama sebenarnya. Sekarang ia tengah berada di sebuah toko seprai. Sedari tadi ia tekun mencermati motif-motif seprai yang dipajang di sana. Setelah beberapa lama mengaduk-mengaduk keranjang dan membolak-balik katalog seprai, ia hanya bisa menghela nafas dalam-dalam. Ia meminta maaf pada pelayan toko karena tidak jadi membeli seprai. Ternyata, seprai yang ia cari tidak ada juga di toko ini.
Perhatikan, ada kata juga di sana. Artinya, itu bukan toko pertama yang dikunjungi Bunga. Itu adalah toko yang entah ke berapa. Bunga tak pernah menghitungnya. Sudah hampir semua toko seprai di kota itu dikunjungi Bunga. Tapi seprai yang ia inginkan tak juga ia dapatkan. Maka, setiap kali keluar toko seprai, Bunga selalu sedih. Tapi ia tidak menangis. Hanya merasakan sesak di dada.
Sudah lima tahun berlalu, tapi Bunga belum juga menemukan seprai yang dicarinya. Bunga tak pernah letih mencari seprai dambaannya itu. Jika sedang pergi ke luar kota, Bunga tidak mampir ke pusat jajanan atau oleh-oleh. Tapi dirinya sibuk menjelajahi toko seprai yang ada di kota itu. Dan selalu berakhir dengan helaan nafas panjang karena kecewa.
Memangnya apa yang diharapkan dari selembar seprai?
Buat orang lain, mungkin seprai hanyalah kain pembungkus kasur. Tapi bagi Bunga, seprai itu adalah segalanya. Seprai itulah satu-satunya benda yang bisa membungkus kenangannya.
Seprai yang dicari Bunga memang bukan seprai biasa. Ia tak sedang mencari seprai yang bermotif seperti namanya, bunga-bunga. Tidak. Ia tengah mencari seprai bermotif cangkir kopi. Selembar seprai yang menyimpan kenangan-kenangan paling manis yang pernah dimiliki Bunga.
Itu adalah seprai yang menjadi kusut karena percintaan yang penuh gairah. Meninggalkan aroma keringat bercampur parfum dan tembakau. Seprai tempat ia menghafalkan percakapan Jeanne dan Paul dalam film Last Tango in Paris bersama kekasihnya. Seprai tempat ia membaca sajak sementara sang kekasih tiduran di pangkuannya.
Ketika melakukan aktivitas-aktivitas itu, Bunga merasa seprai itu memperhatikan dirinya. Dia merasa seprai itu berbincang dengannya. Seprai itu senang Bunga ada di sana. Seprai itu juga memberitahu Bunga apa-apa yang tidak diketahuinya tentang sang kekasih, si pemilik seprai.
Lima tahun telah berlalu. Bagaimana wujud seprai itu sekarang? Apakah warnanya sudah memudar tidak karuan? Apakah pemiliknya masih menyimpannya?
Ngomong-ngomong soal si pemilik seprai, Bunga tahu persis, lantaran memiliki seprai bermotif cangkir kopi, bukan berarti si pemilik adalah orang yang suka minum kopi. Si pemilik seprai itu akan mual jika minum kopi. Si pemilik seprai lebih suka minum teh.
Suatu kali, Bunga sempat kepikiran untuk mencari seprai itu di laundry-laundry yang tersebar di kota itu. Bunga ingin bertanya pada satu per satu pegawai di laundry apakah pernah ada orang yang menaruh seprai bermoif cangkir kopi? Tapi untungnya hayalan itu hanya berakhir jadi khayalan. Bunga merasa terselamatkan dari pikirannya yang embuh.
Petualangan Bunga mencari seprai bermotif cangkir kopi seperti tak ada ujungnya. Pencarian itu juga telah membawanya berkeliling dalam dan luar negri. Apakah seprai bermotif cangkir kopi sudah tidak diproduksi lagi di buka bumi? Bunga nyaris putus asa.
Bukankah lebih mudah buat Bunga untuk menghubungi si pemilik seprai dan meminta seprai itu untuknya? Atau, Bunga sengaja memesan seprai motif cangkir kopi pada agen pembuat seprai? Daripada berkelana seperti itu? Ah, bukan Bunga namanya jika melakukan tindakan gampangan seperti itu. Lagian, si pemilik seprai sudah tak tentu di mana rimbanya.
Meski sering melakukan hal-hal konyol, Bunga tidak bodoh. Bunga paham betul, suatu saat nanti ketika ia menemukan seprai bermotif cangkir kopi, seprai itu bukanlah seprai yang sama. Itu bukan seprai yang membungkus kenangannya. Tapi..selalu ada tapi ketika Bunga hendak menghentikan pencariannya. Ada sesuatu di luar dirinya yang membuat Bunga tetap ingin menemukan seprai bermotif cangkir kopi itu. Sesuatu yang tak mampu dipahami oleh akal sehatnya sendiri.
Nah, siapa pun kalian yang menemukan seprai bermotif cangkir kopi, tolong kasih tahu Bunga, ya. Dia pasti senang dan sangat berterima kasih.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment