Monday, January 18, 2021

Senin, Kunyit Asem, dan Ubi Cilembu

 Saya sedang di meja kerja saya, ditemani secangkir kunyit asem hangat dan ubi cilembu kukus. Awal-awal pandemi saya rajin minum jamu, bikin sendiri. Belakangan agak jarang karena malas bikinnya. Mau beli online malas sampah-sampah botolnya. 

Biasanya, pagi-pagi saya minum kopi bikinan suami, tapi karena kopi lagi habis dan saya butuh asupan minuman hangat, jadilah bikin kunyit asem saja. Kunyit, asem, sereh, dan gula jawa saya rebus sampai mendidih. Lalu disaring. Saya bikin agak banyak sekalian nyetok, diminum dingin enak juga soalnya. 

Ubi cilembu kukus tadinya sebagian mau saya bikin bola-bola kopong yang enak itu, tapi ini sudah tinggal beberapa potong. Haha. Saya dan suami doyan banget si ubi ini. 

Oke, semoga kerjaan hari ini beres! 

Oya, saya sudah mandi setelah kemarin nggak mandi. Hehe. 

Thursday, January 14, 2021

Dimsum Ala-ala

 

Ceritanya kemarin saya agak sukses bikin dimsum. Ini percobaan kedua. Beberapa bulan lalu saya sempat bikin, tapi rasanya gak sip. Kulitnya agak keras dan entah mengapa rasanya agak pahit. Mungkin karena kulitnya bukan khusus untuk yang dikukus atau direbus, tapi buat yang digoreng.

Beberapa minggu lalu, saya nemu tuh kulit yang khusus buat direbus. Langsung masuk keranjang deh. Tapi saya tak kunjung bikin dimsum juga. Masih agak kebayang kegagalan dimsum pertama. Tapi sayang juga kalau si kulit tak segera diberdayakan, khawatir kadaluarsa juga sih. Nah, kebetulan kemarin agak malas masak, tapi kelaparan. Yasudah, bikin dimsum aja, mumpung ada stok ayam di kulkas. Btw, saya jarang banget nyetok ayam, lebih sering ikan.

Ayam saya potong-potong (dagingnya saja, hilangkan kulit) lalu saya blend bareng dua siung bawang putih. (Hasilnya lebih bagus giling sendiri gini ternyata dari pada beli yang udah gilingan). Masih di blendernya (pakai blender daging, bukan blender bumbu atau buah), saya masukin tapioka, telur ayam kampung (karena saya alergi telur yang biasa), saus tiram, minyak wijen, sejumput garam, sedikit lada bubuk, daun bawang cincang, dan seperdelapan labu siam yang sudah diparut halus. Labu siam ini berfungsi mengempukkan adonan, tapi jangan kebanyakan biar rasanya gak dominan. Aduk sampai rata. Untuk bahan-bahannya, saya gak pakai takaran, cukup pakai perasaan aja. Udah terlatih. Hehe.

(Oya, ini blender yang versi pisau mengulirnya bisa dicopot. Saya ngaduk adonan di situ biar gak banyak tempat kotor aja)

Nah, setelah adonan tercampur dengan baik, baru saya taruh di kulit si dimsum. Ini bagian yang paling nyebelin. Saya gak bisa rapi. Hasilnya meleot-meleot gak jelas. Agar terlihat agak indah, atasnya saya beri parutan wortel dikit. Setelah selesai, kukus.

Kira-kira tiga puluh menit kemudian, dimsum sudah siap disantap.


Dan gak ada sepuluh menit, sudah tandas tak bersisa hahaha. Komentar suami: enak banget!

Berhubung adonannya masih agak banyak dan kulitnya habis (saya nyesel kenapa cuma beli sebungkus), saya tambahin tapioka, sedikit terigu, dan garam. Saya bentuk bulet-bulet, lalu direbus. Jadilah bakso ayam ala-ala. Ludes juga dalam sekejap. Enak dan lapar 😁

 

Thursday, January 7, 2021

Ruang yang Lain

 

Sejak tadi pikiran saya berkelana ke perpustakaan UGM. Saat ini saya ingin sekali berada di sana. Seharian di sana. Pulang malam saat sudah mulai sepi dan lampu-lapu taman menyala kuning. Saya sedang banyak pekerjaan dan bosan dengan meja kerja saya

Tuesday, January 5, 2021

Seperti Julie dan Julia

Semalam saya menonton ulang Julie & Julia yang dibintangi Meryl Streep dan Amy Adams, sebuah film tentang dua perempuan beda zaman yang gemar memasak. Julia, pada beberapa dekade yang telah lalu, membuat buku resep masakan Prancis untuk orang Amerika yang kemudian diaplikasikan oleh Julie. Julie membuat menargetkan dirinya memasak semua resep yang ada di buku itu selama satu tahun sambil menuliskan prosesnya di blog pribadi. Oya, film ini didasarkan pada kisah nyata.

Saya tidak berambisi untuk melakukan apa yang telah dikerjakan dengan begitu antusias oleh Julie. Saya cukup bahagia melihat orang-orang yang melakukan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan antusias. Apa pun jenis kegiatan atau pekerjaannya. Sesepele apa pun orang lain menilainya, ia tak peduli. Hal-hal semacam itulah yang sering membuat hati saya hangat.

Julie dan Julia beruntung sekali punya pasangan hidup yang mendukung kegemarannya memasak. Para suami itu menganggap masakan istrinya adalah sebuh karya dan apa yang istrinya perbuat sangatlah berarti. Mereka sangat bangga.

Di Youtube, saya menemui yang seperti itu juga. Cek saja akun Dapur Dina. Ini adalah akun yang saya andalkan saat saya bingung mau masak apa. Resep Ibu Dina rata-rata mudah dibuat. Saya belum pernah gagal saat mencoba resepnya. Ketika Ibu Dina memasak, suaminya merekam. Mereka sering mengobrol tentang masakan itu. Setelahnya, mereka makan bareng.

Saya tadi mencoba satu resep Bu Dina, soto sayuran. Ya ampun bumbunya sederhana banget dan rasanya enaaaaaaak. Saya biasanya gak suka buncis, tapi dimasak seperti itu jadi doyan banget. Itu membuat saya bahagia dan memberi energi untuk mengerjakan koreksian yang oh wow banyak sekali!

Friday, January 1, 2021

Mengawali 2021 dengan Sayur Asem dan Cumi Asin

2021 pagi agak mendung. Saya bangun kesiangan. Cepat-cepat saya menjemur pakaian yang semalaman sudah saya rendam dengan softener soklin. Musim hujan begini mencuci pakaian tak cukup dengan deterjen. Softener soklin akan mengamankannya dari bau apek karena pakaian tak cepat kering. 

Hari ini rencananya saya mau bersih-bersih rumah dan menyingkirkan barang-barang tak terpakai. Untuk itu, saya harus memasak dulu agar nanti bisa langsung makan kalau lapar sehabis capek beres-beres. 

Saya mau masak sayur asem dan cumi asin. Mantap. 

Saya beli sepaket sayur asem di warung. Sayur asem di Jogja beda dengan sayur asem jawa timuran. Perbedaannya pada bahan paling dasar, asam jawa. Jatim pakai asam jawa mentah, jogja pakai asam matang. Di jogja gak ada yang jualan asam mentah. Hiks. Sebenarnya bisa juga diganti belimbing wuluh, tapi di tempat saya tinggal jarang sekali ketemu si belimbing kecut itu. Huh. 

Tapi gak papa, saya suka juga dengan sayur asem ini. Oya, satu lagi, sayur asem jogja juga isian sayurnya lebih beragam, ada daun dan kulit mlinjo, kacang tanah, terong, labu siam, kacang panjang, dan jagung. Kalau ibu saya tahu bisa diketawain karena itu aneh banget (awal-awal ke jogja saya juga ketawa kok jagung dibikin sayur asem). Sayur asem jatim biasanya hanya satu atau dua jenis sayuran. Kalau saya pulang kampung, saya pasti minta dimasakin sayur asem. Kesukaan saya sayur asem daun ubi. Surgawi betul. 

Nah, sekarang saya akan membuat sayur asem versi lain ini. Bumbunya sederhana saja. Duo bawang, lengkuas, cabe, kunyit, daun salam, asam, garam. Udah gitu aja. Bisa ditambahi penyedap rasa kalau suka. Saya gak pakai. 

Lalu saya bikin cumi asin. Bumbunya gak jauh beda dengan sayur asem, minus kunyit tapi ditambahin jahe. Plus irisan tomat hijau dan cabai hijau keriting yang banyak. 

(Harusnya di sini disisipi foto, ya. Tapi saya lupa motret tadi 😁)

Dan ternyata saya makan dulu sebelum bersih-bersih rumah. Hehe. Udah gak kuat mau nyendok cumi asinnya barengan nasi anget. 

Aduhai rasanya mantap coy. Pedes asin asem seger! Lidah dan perut saya bahagia 😋

Sementara itu, suami saya masih tidur nyenyak dan saya nggak mau mengganggu ketenteramannya 😊

Hai, halo 2021! 

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...