Wednesday, November 24, 2010

Saya Tidak Ingin Terpuruk Terus-menerus: Cerita tentang Matahari

Pagi ini saya bangun pukul 5. Ini bisa dibilang sebagai sesuatu yang ajaib, karena biasanya saya paling cepat bangun pukul 6. Saya kemudian berjalan menuju kamar mandi, mengambil air wudhu.

Kali saya biarkan air dingin itu menyapa kulit saya, menyapa pori-pori saya. Sengaja tidak saya lap dengan handuk. Sederhana, saya ingin bertegur sapa dengan air. Kemudian sholat subuh.

jika biasanya setelah membuka mata hal pertama yang saya lakukan adalah memutar tombol power radio kesayangan, maka kali ini tidak. Saya sengaja membiarkannnya terdiam. Barangkali radio saya bertanya-tanya, ada setan apa yang merasuki saya? Tidak ada satu setan pun. Maklum, seringnya radio itu ngoceh sendirian selama 24 jam.

Pagi ini saya hanya ingin mengganti suara radio saya dengan suara kicauan berbagai burung berwarna-warni kepunyaan bapak kos, yang baru saya sadari ternyata suaranya sangat sangat indah. Dan baru saya sadari pula, ternyata selama ini saya mengabaikannya.

Ternyata dunia ini dipenuhi banyak sekali kejutan. Saya suka kejutan. Ceritanya sederhana, ditengah keterpurukan saya, semalam saya YMan dengan seorang kawan. Kami ngobrolin ini itu hingga sampailah pada bahasan "bangun pagi" dan "matahari". Dia bilang, "matahari pagi itu menenangkan". Hmmm, sekali lagi saya mengabaikan sesuatu. Matahari.

Setelah percakapan di YM itu, saya pun bertekad untuk bangun pagi. Dan benar, pagi ini matahari datang dengan sangat anggunnya seperti piringan merah yang besar. Bersinar menenangkan. Barangkali setiap pagi ia juga seperti itu, dasar saya saja yang sering mengabaikan. Tenggelam dalam rutinitas duniawi membuat saya lupa, lelah hati dan pikiran, mudah bete, mudah menyalahkan keadaan.

Entah kenapa saya pun mulai merasa tenang. Jawaban dari semua keterpurukan saya selama beberapa minggu ini barangkali adalah karena saya telah mengabaikan hal-hal kecil di sekeliling saya. Hal-hal yang sebenarnya jika dilihat lebih dekat, jika tidak membuat kita merasa tenang, paling tidak mengajak kita untuk sedikit merenung. Di dunia ini ada makhluk yang tak pernah lelah untuk memeberi: matahari.

jika matahari saja tak pernah lelah, kenapa saya harus lelah?

Saya tidak tahu berapa lama perasaan tenang ini akan bertahan. Saya tidak peduli jika siang nanti saya kembali bete. yang jelas, pagi ini saya sangat senang. jika toh nanti saya bete lagi, saya akan coba resep ini lagi. hehehe.

Kali ini, Tuhan menyapa saya dengan cara yang sangat manis. Dan saya tidak akan mengabaikannya. Kawan saya yang satu itu juga keren banget. Dan saya tidak ingin terpuruk terus-menerus.

No comments:

Post a Comment

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...