Thursday, December 2, 2010

Team Kebersihan Punya Cerita


Saya suka sekali menulis tentang orang-orang yang saya temui. Juga teman-teman yang hadir dalam hidup saya. Sebab mereka punya warna dan cahaya masing-masing. Dan semuanya indah.

Baiklah teman2, rasanya sayang banget kalau moment yang singkat tapi sangat menyenangkan ini tidak diabadikan dalam sebuah tulisan (yang juga singkat). Catatan ini hanyalah sepenggal diantara banyaknya hal dan peristiwa yang kami alami. Kami? Ya, kami. Team kebersihan di Gelanggang Emergency Respons (GER) beberapa waktu yang lalu. Kami, orang-orang yang secara kebetulan (?) dipertemukan dan akhirnya terjalin persahabatan. Pada waktu itu, saya yakin alam semesta telah bekerja sama untuk menjodohkan kami dengan tumpukan sampah. Hahaha.

Bagaimana tidak, pekerjaan yang jauh dari kesan heroik ini kami jalani dengan riang gembira layaknya anak kecil yang baru dapet mainan. Kami justru kebingungan lho kalo gak ada sampah. Hoho. By the way, sebelum saya keasyikan bercerita, gak afdhol rasanya kalo belum saya perkenalkan dengan personil-personil team kebersihan yang oke banget ini.

Kepala suku kami bernama Mirza Al Adhar, biasa dipanggil mas Mirza. Kemudian ada Taufiq Nur Rachman sebagai koordinator shift 1. Mbak Yunda Siti Nabila, mbak Errin, mas Agus Ashari, mas Dhiki Supodo, Purbo Carito, Zulfan Nazal alias Jupie, Sabiq Mustofa, Ariny, dan saya sendiri. Kami berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Eh, tapi karena sebagian dari kami adalah anak Ukesma, maka yang didaulat jadi tempat persinggahan kami adalah basecamp Ukesma. Di tempat ini lah kami biasa breefing, santai, dan ngobrol2.

Saya mulai bergabung dengan team ini sejak tgl 7 November. Pada waktu itu suasana Gelanggang masih sangat ramai oleh pengungsi, juga relawan yang terbagi dalam beberapa team. Awalnya saya berniat untuk masuk dapur umum. Tapi entah kenapa saya tergerak untuk memilih di kebersihan. Gak buang-buang waktu saya pun meng-sms sang kepala suku. Dan beberapa menit kemudian saya sudah diterangjelaskan apa saja yang akan saya kerjakan. Oya, sebelum lupa, saya memilih shift 1 yang jam kerjanya tu mulai pukul 07.00 sampe 15.00 WIB.

8 November: pukul tujuh lebih dikit kami sudah mulai memegang sapu dan serok (mbuh, serok ki bahasa Indonesiane opo tho? Aku rung nemu e). Menyapu beberapa area Gelanggang. Baru setelah itu breafing sejenak untuk pembagian kerja. Ada beberapa orang yang ditempatkan di Gelanggang dan beberapa lagi di Purna Budaya. Kira2 pukul setengah sepuluh kami pun beristirahat di basecamp ukesma. Ngobrol2, makan2, santai2. Baru setelah makan siang kami lanjut kerja lagi.

9 November: yang kami kerjakan gak jauh beda dengan hari kemarin.
10 November: kami kehilangan satu personil sodara2. Ariny akhirnya pulang kampung. Dia gak bisa nolak desakan orang tuanya yang terlampau khawatir akan erupsi Merapi. Tapi layaknya peribahasa “patah satu tumbuh seribu”, kami pun kedatangan dua orang relawan lagi. Mereka adalaaah jeng..jeng..jeng : Jupie dan Sabiq. Sipsiip.

11 November: semakin hari semakin tidak banyak pekerjaan. Pengungsi sudah mulai sadar akan kebersihan. Jobless.

12 November: mbak Errin gak dateng karena sakit. Dan ternyata itu berlanjut sampai hari-hari berikutnya. Sedih. Dua personil cewek udah hengkang.
Oya, ada obrolan menyenangkan hari ini. Obrolan geje tapi bermutu. Hehe. Mulai dari Hitler sampe Semar. Siapa lagi dalangnya kalau bukan si Taufik ama si Adin. Wess jan..mereka berdua telah berhasil membuat ruang ukesma menjadi gaduh karena gelak tawa.

13 November: pengungsi yang ada di gelanggang dipindah semua di Purna Budaya. So, mulai besok udah gak ngebersihin Gelanggang lagi. Berita duka: sandal jepit biru-ku hilang! Bete setengah mampus.

14 November: mas Agus ikut-ikutan hengkang 

15 November: udah mulai sepi relawan, udah mulai kuliah siih. Mbak Yunda gak dateng karena ke Semarang. Si Sabiq juga udah gak dateng karena kuliah. Jupie kadang2 kabur ke kampus. Agak mati gaya juga karena gak punya basecamp, akhirnya kami nebeng di ruang logistik Purna. Hehe.

16 November: Daaaaan, ini adalah hari paling sepi sodara2. Yang dateng cuma saya dan mas Diki. Si Taufik lagi disembelih, eh, ngurusin penyembelihan maksudnya. Hehe. si Purbo katanya ada praktikum. Hmm, cukup lelah juga kerja cuma berdua. Tapi untungnya ada si Alif, gadis gendut menggemaskan, yang bisa diajak maen.
Eh, tapi seneng lho, pengungsi udah pada mbantuin buat nyapu dan ngepel. ^_^

17 November: Hari ini anak kebersihan banyak yang dateng. Asiiiiik. Tapi, kami—mulai—terserang—virus—jenuh.

18 November: di Purna lagi ada acara nyembelih hewan kurban.

19 November: kalo gak salah yang dateng ada saya, mas Diki, dan mas Mirza. Kami bekerja dengan senangmat!

20 November: sms dini hari dari mas Mirza yang intinya adalah kumpul pukul 7 untuk sosialisasi sampah kepada pengungsi. Ngajarin pengungsi untuk buang sampah. Tapiiii, belum sosialisasi, eh pengungsinya udah pada pulang..ya sudahlah..

21 November: ini adalah hari terakhir saya sebagai petugas kebersihan (yang cantik ) di Purna. Hari ini juga si Alif dan keluarganya pulang ke rumahnya di Hargobinangun. Sedih.

22-24 November: saya gak dateng ke Purna. Ada pekerjaan yang minta segera diselesaikan, udah ditabrak deadline. Hehe. Kabarnya yang masih setia dateng adalah mas Mirza, Purbo, dan Reksa (anak shift 2).

25 November: tamtaraaammm..saya kembali lagiii. Akhirnya kami berkumpul kembali setelah sekian lama gak ketemu (halah!). Hari ini semua pengungsi di Purna bakal dipindahkan ke Maguwo dan Youth Center. So, kami membersihkan area Purna dan membereskan semua peralatan kebersihan.

27 November: endingnya, kami berkunjung ke rumah si Alif. Itung2 refreshing. Hehe.
Kira2 pukul sepuluh kami (saya, mbak Yunda, mas Mirza, mas Diki, Purbo, dan Taufik) berangkat. Tiga puluh menit kemudian kami nyampe. Disambut dengan tingkah Alif yang ngegemesin. Emang dasar si Alif, awalnya dia agak malu-malu jaim gitu..eh, akhirnya nempel juga. Hehe. Bahkan dia sempet gak rela lho pas kami mau pulang.
Merasa sangat senang bisa mengunjungi keluarga Alif. Disana kami jalan-jalan dan makan2. Pas pulangnya, kami dibawain salak banyaaak banget. Asyik cuy. Bagi yang gak ikutan, silahkan bersedih. Hahaha.

Ah, kawan, saat saya menulis ini, saya teringat akan bak sampah, gerobak, sapu, cairan pel, yang pernah secara manis mempertemukan kita. Apa kabar kalian? Mas Mirza dengan tanggungjawab, kesabaran, dan keuletannya (dalam memungut sampah, hahaha, piss mas), mas Diki dengan ke-rajinan-nya datang dan cerita2nya (juga photo2nya), mas Agus dengan ketulusannya (mencari susu di saat2 terakhir, hehe), mbak Yunda dengan keceriaannya, Taufik dengan kesungguhannya, Jupie dengan bercandanya, Sabiq dengan keseriusannya, dan Purbo dengan semangat &kerja kerasnya (maaf ya, kamu sering tak aniaya, tapi sing nganiaya kowe kan gak cuma aku, bahkan simbah dan Alif pun tertarik untuk menganiaya kamu, hehe). Mbak Erin dan Ariny, sayang sekali pertemuan manis kita hanya sebentar.

Meski singkat, terima kasih atas dunia kecil yang sempat hadir.
Ada persahabatan. Ada canda tawa. Ada cerita.


-Ann-

No comments:

Post a Comment

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...