Saya bersyukur bahwa sampai detik ini saya masih diberi hidup dan kekuatan menjalani kehidupan.
Saya berbahagia karena bisa bangun siang dan punya waktu luang untuk membaca buku-buku dan menonton film-film bagus. Kendati harus menghemat agar bisa membeli buku-buku kesayangan dan mengisi tabungan naik haji, saya memastikan bahwa saya makan dengan sehat dan bergizi. Saya mandi dua kali sehari, kalau gak males. Saya khawatir kulit saya jadi tipis kalau keseringan mandi.
Saya berbahagia karena makin banyak angkringan di sekitar kos saya. Saya berbahagia karena mulai mengenal orang-orang di sekitar kos. Saya bahagia karena tempat saya mengajar berlangganan koran dan mengizinkan saya mengklipingnya. Saya berbahagia setiap hari bisa melihat para remaja belasan tahun yang tertawa ngakak, yang ngantuk di kelas, yang makan dengan semangat, yang konyol, yang caper, yang kasmaran, yang mencari identitas, yang tak sabar menunggu bel istirahat dan pulang. Rasanya benar-benar menyenangkan. Mereka membuat saya kembali remaja. Haha.
Saya berbahagia karena ternyata ada murid saya, kelas sembilan smp, yang referensi filmnya lebih banyak dari pada saya. Dan dia dengan senang hati meng-copy film koleksinya ke dalam hardisk saya. Saya juga berbahagia karena ada murid saya yang mulai membaca buku-buku Pramoedya Ananta Toer. Itu berarti “virus” yang saya sebarkan selama ini gak sia-sia amat. Dia termasuk anak yang langka mengingat dia anak kelas duabelas IPA yang biasanya selalu berkutat dengan rumus-rumus dan sedang persiapan ujian nasional dan sbmptn. Dia gadis yang manis dan pintar.
Saya berbahagia karena akhir-akhir ini saya bisa lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Kamar saya luas dan menyenangkan. Berantakan tapi bersih. Entah, saya punya kecenderungan “sesak nafas” di tempat-tempat yang tertata rapi. Saya masih sering begadang untuk menyelesaikan buku bacaan atau melamun. Saya lebih suka membaca di malam hari, rasanya lebih merasuk. Mendengarkan musik juga lebih enak waktu malam. Entah kenapa.
Saya berbahagia karena masih bisa menjaga ritual menulis di buku harian. Saya memastikan bahwa saya menulis dengan rapi agar suatu saat nanti, jika saya diizinkan hidup sampai tua, saya masih bisa membacanya dengan baik dan nyaman. Saya menunggu momen-momen itu. Bagaimana reaksi saya saat itu membaca diri saya saat ini, ya? Demi bisa membaca dengan nyaman itu pula, saya selalu berusaha menjaga kesehatan mata saya. Saya rajin minum jus wortel dan menangis. Iya, penting kalian ketahui, menangis itu sangat baik untuk kesehatan mata.
Terima kasih, Tuhan, untuk kehidupan yang Kau berikan. Aku yakin Engkau membaca ini. Aku juga yakin Engkau yang menggerakkanku menyusun kata-kata ini.
Oke, semoga hari-hari kalian menyenangkan. Kalaupun tidak menyenangkan, harus dibuat menyenangkan! Meskipun saya gak pernah muncul di mimpi-mimpi kalian, yakinlah bahwa saya tak pernah selesai mendoakan keselamatan dan kebahagiaan kalian
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment