Sore tadi, seusai pelajaran, seorang siswa mendatangiku. Dia menyodorkan ponsel pintarnya lalu menunjukkan sebuah sajak milik W.S Rendra, berjudul "Khotbah".
Dia sedikit bingung mengapa ada ca ca ca dan ra ra ra dalam beberapa bait. Kami lalu mendiskusikan sajak itu sembari kuceritakan pertemuanku dengan sang penyair saat dirinya dulu menerima Doctor Honoris Causa di kampus. Siswa itu tampak kecewa mengapa sang penyair keburu meninggal.
Ngomong-ngomong soal Rendra, aku jadi teringat diriku sendiri di masa lalu. Ada suatu masa ketika dinding kamarku penuh foto Rendra. Lalu tibalah masa ketika beberapa foto Rendra itu terpaksa diturunkan karena diganti foto Nicholas Saputra.
Akupun jadi ingat kau. Sependek ingatanku, kau sangat mengidolakan sastrawan besar itu. Ya sajak-sajaknya, ya drama-dramanya.
Hei, kau. Mengapa pesan yang kukirim hanya centang satu?
Aku meyakinkan diriku bahwa kau tak mungkin memblokir nomorku. Semoga kau hanya tak sempat menyentuh ponselmu. Semoga kau sedang sangat sibuk. Sibuk berbahagia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment