Saturday, October 29, 2016

surat yang tak terkirim #2

Sore tadi, seusai pelajaran, seorang siswa mendatangiku. Dia menyodorkan ponsel pintarnya lalu menunjukkan sebuah sajak milik W.S Rendra, berjudul "Khotbah".

Dia sedikit bingung mengapa ada ca ca ca dan ra ra ra dalam beberapa bait. Kami lalu mendiskusikan sajak itu sembari kuceritakan pertemuanku dengan sang penyair saat dirinya dulu menerima Doctor Honoris Causa di kampus. Siswa itu tampak kecewa mengapa sang penyair keburu meninggal.

Ngomong-ngomong soal Rendra, aku jadi teringat diriku sendiri di masa lalu. Ada suatu masa ketika dinding kamarku penuh foto Rendra. Lalu tibalah masa ketika beberapa foto Rendra itu terpaksa diturunkan karena diganti foto Nicholas Saputra.

Akupun jadi ingat kau. Sependek ingatanku, kau sangat mengidolakan sastrawan besar itu. Ya sajak-sajaknya, ya drama-dramanya.

Hei, kau. Mengapa pesan yang kukirim hanya centang satu?

Aku meyakinkan diriku bahwa kau tak mungkin memblokir nomorku. Semoga kau hanya tak sempat menyentuh ponselmu. Semoga kau sedang sangat sibuk. Sibuk berbahagia.

No comments:

Post a Comment

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...