Friday, October 14, 2016

minggu sore di dbl dan kenangan yang singgah sebentar

Minggu sore. Setelah hujan deras, langit masih menyisakan awan mendung. Jalanan basah dan banyak genangan air. Lalu lalang kendaraan menciptakan cipratan-cipratan. Saya bersama seorang teman berangkat menuju DBL. sore itu, Kami akan menyaksikan pertandingan basket antarSMP.

Gedung DBL yang gagah itu tampak dipenuhi para abg. Betapa cuaca yang membikin orang ingin berselimut itu seolah tak berpengaruh pada hasrat mereka untuk menyaksikan pertandingan. Ramai. Mereka mengenakan kaos yang menjadi lambang identitas masing-masing sekolah. Biru toska. Merah marun. Beberapa remaja putri mengenakan pakaian super minim warna warni, berdandan super manis. Betapa kontras dengan warna langit sore itu.
Ruangan itu riuh oleh yel-yel. Tak berapa lama kemudian kedua tim memasuki arena dan pertandingan pun dimulai.

Yang kemudian terjadi adalah ingatan saya yang terbang menuju belasan tahun lalu. Saat itu saya kelas 2 SMP, menempati ruang kelas 2A bersama teman-teman paling keren di seluruh dunia. Kelas 2A termasuk kelas yang beruntung. Ruang kelas kami terpisah dari ruang kelas yang lain karena kami menempati gedung baru. Selain bangunannya yang bagus, gedung itu memiliki lapangan yang sangat luas, salah satunya adalah lapangan basket. Nah, dalam hal perbasketan, kelas 2A adalah tim andalan.

Minggu sore itu, ketika saya menyaksikan anak-anak SMP mendrible bola, saya seperti menyaksikan Wahid, Fani, Majid, Aang, Nashir sedang asyik berebut bola basket saat pelajaran olahraga atau jam istirahat. Kenangan itu tiba-tiba muncul di depan saya seperti potongan-potongan adegan film. Begitu dekat, begitu nyata. Saya seperti bisa melihat bagaimana mereka berlari, menangkap dan mendrible bola, kemudian memasukkan ke dalam ring. Di barisan penonton, saya bahkan bisa melihat dengan jelas ekspresi mereka. Juga keringat yang menetes-netes di wajah mereka.

Saya senyum-senyum sendiri mengingat kenangan indah yang berseliweran itu.

Saya tidak berusaha menggali kenangan itu lebih dalam. Saya biarkan saja apa adanya. Tapi mungkin waktu itu suasananya memang sangat mendukung kenangan-kenangan itu memenuhi kepala saya lagi. Dan tak ada yang kuasa menolak kenangan yang menyeruak tiba-tiba.

Yang kemudian saya lihat adalah anak-anak di usia belasan awal yang sumringah karena bel istirahat berbunyi. Mereka langsung menuju lapangan basket depan kelas. Saya melihat mereka sudah berkumpul di lapangan dan tak menghiraukan teriknya matahari. Siang itu, saya rasa mereka tak peduli dengan aturan permaian basket yang sesungguhnya. Yang penting bagi mereka adalah mendrible dan memasukkan bola ke dalam ring. Apa yang mereka lakukan di lapangan itu tidak bisa tidak menarik perhatian anak-anak perempuan untuk menonton, sambil minum teh botol. Tapi sayangnya jam istirahat itu terasa begitu pendek untuk permainan mereka yang seru.

Peluit wasit menarik saya lagi ke alam kini. Set pertama di menangkan oleh SMP Muh 5. Kemudian para remaja putri yang berpakaian warna-warni tadi bersiap mempertontonkan keahlian mereka meliuk-liukkan tubuh.

Saya sulit mendeskripsikan perasaan saya atas kenangan yang tiba-tiba muncul itu. Ada semacam perasaan suwung karena saya sudah begitu berjarak dengan masa-masa SMP yang menyenangkan itu. Tapi ya, sudahlah ya. Ketika kepala saya dengan asyik tiduran di gumpalan-gumpalan awan, saya harus memastikan bahwa kaki saya tetap menapak di bumi. Saya tidak menginginkan umat manusia bisa menciptakan mesin waktu yang memungkinkan saya bisa kembali ke masa-masa itu. Tidak. Saya sudah cukup berbahagia mereka datang kembali, meski hanya di alam kenangan.

Pertandingan sore itu dimenangkan oleh SMP Muh 5. Di luar, langit mendung lagi. Lalu gerimis tipis.

No comments:

Post a Comment

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...