Suatu hari, kapal Sanji diamuk badai. Karena tubuhnya tak mampu menahan badai yang dahsyat, Sanji pun terlempar ke laut. Untungnya, Sanji berhasil diselamatkan bajak laut Zeff. Sambil membawa Sanji, Zeff berenang sekuat tenaga. Mereka pun berhasil mencapai sebuah pulau kecil.
Selama berhari-hari, mereka bertahan hidup di pulau itu. Mereka menunggu dengan sabar sambil berdoa semoga ada kapal yang melintas. Selama berhari-hari itu pula mereka kelaparan. Makanan yang sempat ditemukan Zeff tidak banyak. Dan makanan itu hanya untuk Sanji. Zeff tidak mengambil makanan itu sedikit pun. Zeff selalu bilang, tubuhnya lebih kuat dibandingkan tubuh Sanji. Padahal Sanji tahu, Zeff juga kelaparan.
Sanji pun sedih. Di lubuk hatinya, ia berjanji akan membalas budi baik Zeff. Ia juga sangat menyesal karena di kapalnya dulu dia sering membuang-buang makanan. Sejak saat itu, Sanji berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan makanan.
Suatu sore, ketika mereka berdua sudah putus asa, mata Sanji menerawang jauh ke laut. Tiba-tiba ia melihat ada sebuah perahu kecil di kejauhan. Dengan sisa-sisa tenanganya, Sanji berteriak-teriak minta tolong. Perahu kecil itu milik Parmin. Mendengar ada yang berteriak, Parmin pun mendekat ke pulau itu. Ia menolong Sanji dan Zeff yang sudah tampak sangat lemah. Parmin memberikan makanan dan minumannya untuk Sanji dan Zeff. Parmin tidak tega melihat tubuh mereka yang sangat kurus.
Keesokan paginya, perahu kecil Parmin berhasil mendarat di pantai. Zeff dan Sanji sangat berterima kasih atas pertolongan Parmin. Mereka berdua berharap suatu hari nanti bisa membalas budi baik Parmin.
Sanji dan Zeff tidak ingin ada orang lain yang kelaparan di tengah laut, seperti yang pernah mereka alami. Mereka lalu mendirikan sebuah restoran di tengah lautan. Restoran itu diberi nama Baratie. Dengan bantuan Zeff, Sanji bekerja keras untuk menjadi koki yang hebat. Beberapa kali Sanji gagal membuat masakan. Tapi ia tak pernah menyerah. Ia tak ingin mengecewakan Zeff yang telah menyelamatkan hidupnya.
Setelah banyak belajar, Sanji sangat lihai membuat berbagai macam makanan dan minuman lezat. Ada soto ayam, sate kambing, nasi rawon, rujak cingur, bakmi, lotek, mi ayam, tahu campur, es cendol, es teler, es krim, dan masih banyak lagi. Semua orang sangat senang menyantap makanan yang dimasak Sanji.
Zeff berkata kepada Sanji, “Sanji, tugas seorang koki adalah memberi makanan kepada siapa pun yang kelaparan. Tidak peduli itu orang baik atau jahat. Tidak peduli orang itu kawan atau lawan.”
“Baik, Zeff. Aku akan memegang janji itu seumur hidupku,” jawab Sanji dengan penuh semangat. Dengan cara itulah ia membalas budi baik Zeff.
Meskipun sudah berlalu cukup lama, Sanji juga tak melupakan budi baik Parmin. Wajah Parmin selalu ada dalam ingatan Sanji. Semoga aku segera bisa bertemu dengan orang yang menolongku itu, gumam Sanji dalam hati.
Harapan Sanji terkabul. Pada suatu siang, ketika mencari bahan makanan, Sanji berpapasan dengan seseorang yang terasa begitu akrab. Aih! Sanji yakin bahwa orang itu adalah Parmin. Sanji pun berteriak memanggil. Tapi sayang, kali ini Parmin tidak mendengar teriakan Sanji. Sepertinya Parmin sedang terburu-buru. Sanji pun mengikuti Parmin dari belakang.
Setelah melewati jalan yang sempit dan berkelok-kelok, Parmin berhenti di sebuah rumah. Sanji pun ikut berhenti. Belum sempat Sanji memanggil Parmin, anak-anak Parmin yang masih kecil-kecil sudah terlebih dahulu menyambut bapak mereka. Sanji memutuskan untuk mengamati dari kejauhan. Anak-anak itu berteriak-teriak senang karena melihat Parmin membawa bungkusan.
Ketiga anak yang bernama Athos, Porthos, dan Aramis itu semakin kegirangan setelah tahu isi bungkusan itu adalah es krim.
“Waah..asyiiikk..Bapak bawa es kliiiim,” teriak Aramis yang belum fasih mengucapkan r.
Meskipun es krim dalam bungkusan plastik itu sudah sepenuhnya mencair, kegembiraan mereka sama sekali tidak berkurang.
“Porthos, ayo cepat kita ambil gelas!” Athos mengajak adiknya.
Sebelum menikmati es krimnya, mereka tidak lupa berdoa dan berterima kasih kepada bapaknya. Mereka sangat bahagia meskipun es krimnya sudah habis dalam sekali teguk.
Di kejauhan, Sanji melihat mereka sambil menitikkan air mata. Ia ingat di restorannya ada banyak sekali es krim dengan berbagai macam rasa dan warna. Anak-anak yang menggemaskan itu pasti senang jika bisa menikmati es krim yang belum mencair, pikir Sanji.
Sanji pun bergegas pulang ke restorannya. Ia membuat es krim yang lezat dengan berbagai macam rasa. Ia menggunakan resep khusus agar es krim tidak mudah mencair dan tahan dalam beberapa bulan.
Keesokan harinya, Sanji dan Zeff datang ke rumah Parmin. Parmin sangat terkejut dengan kedatangan mereka berdua. Ia tidak menyangka bahwa mereka bisa bertemu lagi.
Sanji membawa es krim buatannya sebagai oleh-oleh. Ada rasa strawberi, coklat, greentea, vanilla. Wah, banyak sekali! Athos, Porthos, dan Aramis bukan main gembiranya. Mereka tidak sabar untuk menikmati es krim itu. Sanji pun senang es krim buatannya membuat anak-anak itu bahagia.
Setelah bersama-sama menyantap es krim, Sanji menceritakan pengalamannya menjadi koki. Athos, Porthos, dan Aramis mendengarkan dengan antusias. Mata mereka bersinar-sinar. Mereka pun membulatkan tekad, mereka akan menjadi koki yang hebat seperti Sanji dan Zeff.[]
**Sanji dan Zeff adalah tokoh-tokoh dalam manga One Piece (Eiichiro Oda), sedangkan Parmin adalah tokoh dalam cerpen “Parmin” (Jujur Prananto). Kisah dalam dongeng ini sebagian besar bersumber dari manga dan cerpen itu, tentu dengan perubahan seperlunya. Dalam cerita aslinya, tokoh-tokoh itu sedang bersedih. Saya hanya ingin mempertemukan mereka dalam satu cerita bahagia :)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment