Thursday, November 21, 2019

Musikalisasi Puisi, Ia, dan Kekasihnya

Ia menyukai musikalisasi puisi, kekasihnya tidak. Kekasihnya sering menggerutu karena menurutnya, musikalisasi puisi “merusak” puisi. Ia tentu saja membantah. Toh musikalisasi puisi lebih mudah disebarluaskan, diingat, dan disukai. Di mana letak perusakannya?

Hari-hari berlalu. Perdebatan itu tak pernah sengit. Ia, seperti biasanya, masih mendengarkan dan menikmati musikalisasi puisi.

Suatu malam setelah melakukan perjalanan dan masih enggan kembali ke kos, ia dan kekasihnya memutuskan mampir ke toko buku. Kekasihnya ingin membeli buku puisi pertama Sapardi Djoko Damono, “Duka-Mu Abadi”, yang dicetak ulang.

Kebetulan di depan toko buku itu ada bangku di pingir jalan. Mereka membacanya di sana. Kekasihnya mengecek ingatannya pada puisi-puisi di buku itu. Hanya beberapa yang masih lekat. Membuka-buka buku puisi itu. Ia menggerutu pada desain isinya yang dianggapnya tak bersimpati pada pohon-pohon.

Selanjutnya, ia tercenung sebelum akhirnya mengumpat-ngumpat sialan. Ia menghafal beberapa puisi Sapardi itu dari musikalisasi puisi Ari-Reda. Dan malam itu ia baru menyadari, banyak hal yang diabaikannya. Ia pun mengerti mengapa kekasihnya sering menganggap musikalisasi merusak puisi.

Ia memang hafal puisi-puisi, tetapi lebih sebagai lirik. Sama seperti lagu-lagu lainnya. Akan sangat kecil kemungkinan orang yang sudah nyaman mendengarkan musikalisasi puisi untuk mencari tahu bentuk puisi aslinya. Akibatnya, aspek-aspek topografi, penggunaan huruf kapital, pembubuhan tanda baca, pemenggalan baris, mutlak diabaikan. Padahal, semua itu adalah aspek signifikan dalam puisi. Penyair membikinnya bukan tanpa perhitungan.

Semua pemahamannya malam itu ia sampaikan pada kekasihnya. Kekasihnya tersenyum, sedikit mengejek dan seolah berkata “Kok bisa kamu nggak menyadari itu dari dulu?”

Mau tak mau pandangannya pada musikalisasi puisi pun berubah. Namun, ia tak lantas membenci musikalisasi. Tidak. Ia masih menikmatinya sampai sekarang.


No comments:

Post a Comment

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...