Monday, June 11, 2012

Code yang mesra, yang intim

Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang kamar kos seorang kawan, saya menyempatkan diri untuk melihat sungai itu lagi. Akhirnya, setelah sekian lama.

Code,

Dalam sore yang sebentar tadi, ada kenangan yang tiba-tiba menyeruak. Masa awal kuliah banyak saya habiskan di belakang kos ini. Waktu itu kami masih lengkap. Masih sering memanjat pohon rambutan yang kini sudah mengering. Tapi pohon pepaya itu masih ada. Pohon sawo itu juga masih ada, tetap sama. Buahnya tidak pernah bisa dimakan.

Dan tadi saya sendiri saja. Satu teman sudah bekerja di kota lain. Satu teman sudah menikah dan tinggal di kota asalnya, dan hari ini jadwalnya datang ke kota ini. Satu teman sedang tidak ingin dihubungi. Satu teman sedang bersibuk menyelesaikan tugas akhir. Dan saya (masih) jadi seksi dokumentasi.

Code sore tadi, seperti sore-sore yang telah berlalu, masih tetap mesra. Beberapa perempuan masih mandi di sana. Menutup tubuhnya yang segar dengan kain sarung. Mengguyurkan air ke badannya dengan gayung. Di sebelahnya ada beberapa orang yang mencuci pakaian. Ada seorang lelaki tua sendirian memancing dengan khusyuk. Ada beberapa lelaki mengambil karung yang penuh dengan pasir. Ada anak kecil bermain layang-layang. Ada gadis-gadis remaja dengan bedak belepotan. Ada ibu-ibu bercengkerama di bawah terpal biru yang dibentangkan. Ada anjing-anjing yang lucu berkejaran.

Semua terjadi begitu saja. Begitu intim.

Rumah-rumah kecil yang berderet dan merapat itu, meskipun tidak seperti rumah-rumah kecil lain di sepanjang kanal kota Amsterdam yang gambarnya sering saya lihat di kalender dan wallpaper komputer, terasa begitu hangat. Gang-gang itu, lorong-lorong itu, seperti halnya kenangan, sesak dan panjang.

Sore tadi pula, di Code, ada kenangan lain yang tiba-tiba menyusup lembut. Tapi sore terlanjur berganti gelap. Seperti tak mau ditunda. Seolah tak mengizinkan ingatan bekerja lebih dalam. Entahlah.

*malam ini, tidak perlu pangeran hayalan, cukup seorang biasa saja yang membawakan segelas air dan obat flu di tangannya


2 comments:

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...