27 Maret 2010: Wow! amat sangat beruntung karena saya mendapat sms dari mas Alvein bahwa besok jam 9 pagi di Pusat Studi Asia Pasifik UGM ada diskusi bareng Don Hasman (Oom Don) tentang Travel & Adventure photo, Etnofoto. Awalnya, saya memang sempat ragu untuk datang, takut gak mudeng. Saya kan gak tahu seluk beluk dunia fotografi. Tapi bodo amat! Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Saya akan datang ^_^
28 Maret 2010
Kira2 pukul 09.45. Salah satu ruangan di Pusat Studi Asia Pasifik sudah penuh oleh pengunjung. Ternyata diskusi sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Hmm, saya telat. Tapi tak apalah. Saya pun buru2 mencari kursi yang masih kosong. Di bagian depan telah duduk Oom Don yang pagi itu memakai kaos motif belang2 biru.
Sebagai permulaan, Oom Don berbicara tentang etnofoto. Ternyata dalam menekuni etnofotografi, dibutuhkan sebuah pendekatan khusus. Oom Don, yang menghabiskan 35 tahun untuk mempelajari suku Baduy, bahkan perlu delapan tahun lamanya untuk melakukan pendekatan kepada suku itu. Juga perlu pengorbanan habis-habisan, soalnya menyangkut wilayah pribadi seseorang atau kelompok. Diakui Oom Don, ini memang sulit. Kesulitannya menempati urutan kedua setelah memotret dibawah air dan satwa di alamnya. Kalau memotret di bawah air,seorang fotografer harus lebih hebat dari penyelam, karena selain nyelam ya harus motret juga..
Pukul 10.00. Oom Don berniat memperlihatkan gambar-gambarnya. Kemudian LCD yg tadinya miring dibenarkan letaknya. Operator dan Oom Don pun mencari data2. Ini, itu,eh..bukan2..ya, ya ini… Ternyata foto yang ingin diperlihatkan tidak bisa dibuka. Si Oom minta maaf. Tapi kemudian beralih ke travel foto ketika Oom Don ziarah ke Santiago, Spanyol.
Beberapa saat kemudian screen pun menampakkan gambar. Oom Don menjelaskan satu persatu. Gambar yang pertama kali muncul adalah seseorang yg membawa ransel dipunggungnya. Yang sedang memulai perjalanan. Perjalanan harus dilakukan paling lambat jam setengah tujuh pagi. Karena petugas akan mempersiapkan peziarah yang lain juga. Gambar yg diperlihatkan kebanyakan di hutan dan jalan setapak. Tidak perlu khawatir bakalan kesasar, soalnya sudah diberi tanda.
Gila! Ternyata dalam peziarahan tersebut Oom Don hanya memerlukan 35 hari untuk melakukan perjalanan 1000 km. Tapi, kata OOm Don, persiapannya 10 tahun. Oom Don menambahkan, seseorang yang akan melakukan perjalanan sebaiknya melakukan riset dulu. “Jadi kalau kemana-mana yang terbaik adalah risetnya, agar Anda tahu apa yang akan Anda hadapi. Paling tidak separuhnya kita sudah tahu. Yang belum kita tahu, anggap saja bonus” tambah Oom Don dengan tawanya. Tambahnya lagi, seorang fotografer juga dituntut untuk selalu aktif, kreatif, dan berbeda. Dan mengacu pada sesuatu yang baru dan baik, bahkan kalau bisa yang terbaik.
Kemudian gambar yang tampak di screen adalah sepatu yg bagian alasnya sudah mulai terkelupas. “Wah, kalau di Indonesia ini masih bisa disol,hehehe” kelakar Oom Don. Ternyata sepatu juga memegang peranan penting dalam perjalanan seseorang. Kalau kaki lecet ketika dalam perjalanan, urusannya bisa panjang. Bisa masuk rumah sakit juga dan menghabiskan biaya 30an juta. Lecet itu terjadi akibat gesekan. Orang Jepang, setelah perang dunia II, kakinya diplaster untuk menghindari gesekan, kata si Oom. Oom Don juga memperlihatkan gambar kaki yang diplaster.
Dalam ziarah Santiago, ada juga peziarah yang bersepeda, tapi yang diutamakan adalah peziarah yang jalan kaki. Peziarah bersepeda ibarat kata peziarah kelas dua. Dalam satu tahun bisa mencapa 125-150 ribu peziarah. Omm Don bilang, tahun ini adalah tahun suci karena tgl 25 Juli jatuh pada hari minggu. Bisa ribuan orang yang datang.
Dalam perjalanan, para peziarah bisa mengambil makanan sesukanya yang disediakan oleh penduduk. Buah-buahan yang ditanam juga boleh diambil sesukanya. Air juga ada dimana-mana. Kalau kehabisan uang juga boleh mengambil secukupnya di kotak uang. Mau menyumbang juga silakan. “ Dan disana,” kata Oom Don,” orang-orangnya baik, tidak ada perbedaan ras dan agama.”
Kemudian tampak pula gambar-gambar gereja katedral yang megah dengan para pastornya yang memakai gaun merah tua. Secara bergiliiran muncul pula gambar taman kota, kapel, jembatan, jalan raya, bunga liar, pemakaman, peternak, dan rumah-rumah di pedesaan yang banyak bunganya. Juga ada beberapa gambar tentang suasana makan yg penuh keakraban, suasana malam, dan senja yg TOP bangett. Ternyata fotonya gak habis2. Masih banyak banget. Screen menampakkan gambar pemandangan di pantai Depok yang lebih indah dari aslinya.Hehe. Ada juga gambar prewedding dan beberapa foto Baduy. Campur-campurlah.
Kira2 pukul 10.50 Oom Don selesai memperlihatkan gambar2nya. Dan disamput riuh tepuk tangan tamu-tamu yang hadir. Kemudian MC (mas Jajang, salah satu dosen Arkeologi UGM) menawarkan kepada para tamu untuk diadakan diskusi atau mau lihat gambar-gambar lagi. Akhirnya, disepakati untuk diskusi dulu.
Pertanyaan pertama dari mas Dedi Hartono, yang sangat tertarik dengan gambar2 Baduy. “Oom, gimana sih teknik pendekatan ke penduduk lokal? Trus, kamera yang digunakan apa ya?”
Oom Don pun dengan bersemangat menjawab bahwa pendekatan tiap orang itu memiliki gaya dan cara tersendiri. “Anda sedang memasuki wilayah pribadi seseorang atau kelompok, Anda harus berusaha meyakinkan tujuan Anda,” lanjut si Oom. Menurut Oom Don, setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan, pertama, memberikan pengertian kepada penduduk, apa tujuan dan maksud kita. Kita juga harus memberikan kesan tidak membahayakan penduduk, agar mereka merasa aman. Kalau “pintu” sudah terbuka, bersikaplah baik, sedikit royal juga boleh. Misalnya memberikan cendera mata, oleh-oleh.
Nah, untuk itu, kita perlu mempelajari dulu suatu kelompok yang ingin kita kunjungi. Untuk membuktikan bahwa kita baik, berbuat baiklah terhadap semua kalangan, termasuk anak-anak. Kalau bisa mendekati anak-anak, biasanya orang tuanya pun bisa menerima kita. Hal kedua adalah berusaha untuk tidak melanggar adat istiadat yang ada. Kalau kita memberikan sesuatu kepada satu orang, maka yang lainnnya juga harus dapat, tidak boleh dibedakan.
Oom Don lebih fokus pada Baduy dalam. Kata Oom, laki-laki yang memakai ikat kepala putih 99% bisa dipercaya. Dan Oom Don butuh 8 tahun untuk pendekatan. Sekarang ini Oom Don setiap saat dipersilakan masuk , tapi pada upacara tertentu Oon Don dilarang untuk datang. Kemudian Oom Don menceritakan “ramalannya” yang valid tentang hujan dan menanam padi kepada penduduk Baduy. Sejak saat itu, Oom Don dipercaya. Kalau untuk masuk ke gereja katedral, cari dulu siapa yang paling berkuasa. Cari alasan bahwa kita ingin memperkenalkan. Tapi yang harus diingat adalah kita tidak boleh mengganggu jalannya acara di gereja itu. Tentang kamera yang dipakai, Oom Don menyebutkan salah satu merk, tapi juga menggunakan semua jenis kamera.
Pertanyaan kedua dari mas Romi. “Oom, dalam menentukan lokasi, apa sih yang menjadi pertimbangan? Kemudian apa motivasi Oom Don melakukan perjalanan?”
Oom Don, yang saat itu energinya masih full banget, bilang kalau fotografer dan penjelajah itu harus mengabdi pada ilmu pengetahuan. Oom Don memilih lokasi karena ingin mengetahui sesuatu yang baru. Kata si Oom, kalau bisa kita adalah orang pertama, bahkan yang menemukan daerah itu. Itulah yang membuat Oom memilih tempat yang jarang dikunjungi orang. Dan yang terpenting nih, menghasilkan foto yang baik.
Kalau tentang motivasi, Oom Don sedikit bercerita tentang masa lalunya. Oom Don (anak ke 7 dari 8 bersaudara) pernah bertanya pada kakaknya tentang kebiasaannya yag suka kelayapan, padahal saudara-saudaranya tidak ada yang seperti Oom Don. Nah, barangkali kebiasaannya itu diwarisi dari nenek ayahnya. Oom Don pun bilang kalau Indonesia ini masih luas, maka nikmatilah Indonesia.
Selanjutnya, pertanyaan pun datang dari 3 orang sekaligus, mbak Ides, mbak Chusnul, dan mas Danu. Mbak Ides (yang suatu waktu pernah berkunjung ke Manggara, NTT) bertanya bagaimana cara menetralkan emosi pada lokasi yang masih baru agar tidak menyinggung perasaan penduduk, Mbak Chusnul tanya tentang biaya perjalanan, dan mas Danu bertanya tentang objek yg akan di foto.
Ketiga pertanyaan itu pun dibabat habis oleh Oom Don. Ternyata Oom Don pun udah pernah ke Manggara, malah udah bikin KTP disana. Kalau datang dalam sebuah lokasi yang baru, jangan punya bayang2 akan menyinggung perasaan penduduk. Yakinkan bahwa kita ingin memperkenalkan. Terlebih dahulu kita juga harus akrab. Tunjukkan bahwa kita itu baik dan bermanfaat. Cari cara agar kita senang dan mereka pun senang. Bantu2 juga pekerjaan mereka.
Pertanyaan mbak Chusnul dijawab dengan antusias. “Ayo, Chusnul, apa tahun depan kamu siap jalan2 mulai dari Perancis? Kita bisa bekerjasama dgn berbagai pihak” tanya Oom Don. “Insyaallah Oom” jawab si mbak dengan semangat pula. Kata Oom Don nih, kalau mau cari biaya, kalau cewek bisa cari pacar yang kaya. Hahaha. Boleh dicoba nih…
Buat mas Danu, jika merencanakan pergi ke suatu tempat, kita sudah harus membawa konsep atau rencana kerja. Library Research. Tanya pada orang2 yang lebih tahu sehingga kita sudah bisa mempersiapkan. Motret jangan pernah untung-untungan. Masalah angle, pencahayaan juga harus diperhatikan. Ambil dari pencahayaan yang orang takut untuk mengambilnya. Fotogafi itu, kata Oom Don, adalah mengambil gambar sebagaimana mata melihat. Jadi harus faktual, tidak boleh mengatur. Dan yang menjadi kriteria gambar kita berhasil adalah jika orang yang melihat tergugah perasaannya.
Kemudian MC pun membuka satu pertanyaan lagi. Tak menyia-nyiakan kesempatan, pertanyaan pun diajukan oleh mas Tulus. Ia bertanya apa motivasi Om Don menggarap Baduy selam 35 tahun. Apa keuntungan Baduy yang Oom Don eksploitasi?
Oom Don pun mengucapkan terimakasih atas pertanyaan itu. Dijawab oleh Oom bahwa tujuan utama adalah baik dan mempunyai daya guna, bermanfaat. “Saya melakukan ini karena kesel, karena gak ada yang nulis benar. Saya bisa tunjukkan itu beberapa kesalahannya, itu karena mereka tidak sabar” lanjut OOm Don. Menurut Om Don, menulis Baduy ini sangat2 sulit. Selama 22 tahun aja Om Don baru tahu posisi sebenarnya dimana mereka sembahyang. Kadang kita dibodohin, karena mereka itu cerdas. Oom Don pun menegaskan, yg dilakukannya adalah untuk ilmu pengetahuan. Ia rela mengorbankan separuh hidupnya untuk itu. Dan Oom Don tidak mendapatkan duit, justru mengeluarkan duit. Kita tidak boleh mengeksploitasi, kita harus member juga. Kita harus bersyukur kita bisa berhubungan dengan mereka. Karena banyak orang yang ingin jadi pahlawan kesiangan, kata si Oom.
Pukul 12.15 sesi diskusi pun diakhiri. Kemudian Oom don memperlihatkan Baduy Travel Photography. Dan tampaklah gambar2 Baduy dalam dan luar. Lengkap. Rumahnya, pakaiannya, kegiatannya, pertaniannya, juga dapurnya. Laki-laki Baduy dalam dan luar bisa dibedakan dari ikat kepalanya. Laki2 Baduy dalam berikat kepala putih. Oom Don pun berbicara tentang sejarah Baduy. Bahwa Baduy itu tidak mungkin pelarian dai Pajajaran karena tidak membawa peralatan. 5-6 generasi, Baduy baru bisa membuat tembikar satu macam. Baduy pun jika dilihat dari tradisi arsiteknya, mereka melaksanakan upacara di punden berundak. Tentang pertanian Baduy, yang sangat menakjubkan adalah berasnya yang tahan sampai 300 tahun! Barangkali karena menggunakan alas 13 macam daun.
Orang Baduy memiliki 20 aksara, tetapi angka tidak punya. Orang Baduy dalam, pintu rumahnya selalu menghadap utara atau selatan. Rumah paling Timur adalah yg memegang jabatan tertinggi. Jangan salah, orang Baduy juga bisa mengendalikan api lho! Wah,,jangan2 avatar.hehehe. kemudian Oom don pun memperlihatkan gambar tekstil Baduy dalam, yaitu tekstil Rotan. Yang ternyata proses pembuatannya memerlukan waktu yang sangat panjang, hampir setengah tahun untuk satu kain.
Tidak terasa empat jam telah berlalu. Tepat pukul 13.00 WIB Oom Don pun menyudahi diskusi. Kemudian dilajutkan MC yang merangkum hasil diskusi dan memberikan kenang-kenangan kepada Oom Don. Dan dibelakang, ternyata masih ada orang2 yang “memburu” Oom Don untuk diwawancarai.
Diskusi kali ini memang benar2 dahsyat. Penghormatan setinggi-tingginya untuk Oom Don yang telah membagikan ilmunya, untuk Oom Don yang mencintai ilmu pengetahuan, kejujuran, dan tak pernah mengharap imbalan.
Salam,
-Ann-
Wednesday, March 31, 2010
Sunday, March 21, 2010
sajak-sajak Walt Withman terjemahan Taufiq Ismail
Seorang Anak Berkata Apa itu Rerumputan?
Seorang anak berkata Apa itu Rerumputan? Seraya membawa daku
segenggam penuh dalam tangannya,
Bagaimana cara aku menjawabnya? Pengetahuanku tentang rerumputan
agaknya tak lebih ketimbang dia.
Mungkin rerumputan adalah bendera dalam perbendaharaanku, ditenun
dari bahan harapan berwarna kehijau-hijauan.
Atau mungkin rerumputan itu saputangan Tuhan.
Sebuah hadiah wangi aromanya untuk kenangan sengaja dibuatkan,
Dengan nama pemiliknya tercantum di salah satu sudutnya, sehingga
kita bisa melihatnya lalu berkata Punya Siapa?
Atau mungkin rerumputan itu huruf hieroglif yang seragam.
Dan maknanya, bertunas tumbuh serupa baik di kawasan lapang
maupun di kawasan kurang lapang,
Bertumbuh di antara orang kulit hitam maupun diantara orang kulit putih,
Kanuck, Tuckahoe, Congressman, Cuff, keberi mereka yang serupa,
kuterima yang serupa
Sekarang malahan rerumputan nampak bagai rambut kuburan yang
terurai panjang belum sempat dirapikan.
…..
Ibu dan Bayi
Kulihat bayi terlelap mengisap susu ibunya,
Ibu dan bayi yang sama tertidurnya – ssst,
lama dan lama aku mempelajari mereka
1865
Pelajaran Sufi dari Farsi
Seorang sufi berjanggut abu-abu di akhir pelajarannya
Pada suatu pagi yang segar di udara terbuka
Di lereng sebuah kebun mawar demikian indahnya
Dinaungi pepohonan tua dengan jaringan dahan dan cabangnya
Kepada ulama muda dan santrinya ia berkata
“Anak-anakkku, akhirnya, sebagai penutup kata
Allah adalah segalanya, immanen di setiap bentuk kehidupan apa jua
Sebutlah ini-itu sebanyak-banyaknya – Allah, Allah, Allah ada di sana
“Sejauh-jauh orang dalam kesesatan, sebab musabab disembunyikan
Adakah terdengar suara di dasar lautan gelisah seluruh jagat raya?
Adakah kau tangkap keresahan? Makhluk dalam dorongan dan loncatan
Yang tak pernah tenang, tak kunjung hilang?
Tak tampak namun ada dia, bersembunyi dalam benih kehidupan?
“Dia mengendap sebagai tenaga di inti zarrah
(Seringkali tak sadar, kadang-kadang menjatuhkan)
Namun kembali ke sumber kesucian walau jarak di kejauhan
Serupa untuk semua, tiada kekecualian.”
1891
Ketika Aku Mendengar Ahli Ilmu Bintang yang Terpelajar
Ketika aku mendengar ahli ilmu bintang yang terpelajar
Ketika sejumlah bukti dan angka di depanku dalam kolom berjajar
Ketika ditunjukkan kepadaku peta dan diagram, menambah, membagi, dan
mengukur semua
ketika seraya duduk kudengar ahli ilmu bintang itu member ceramah
disambut tepukan tangan meriah di ruang kuliah
betapa segera entah bagaimana aku jadi letih dan jemu
akhirnya bangkit dan meluncurlah daku ke luar sendiri
di udara malam lembab dan mistis, dan sekali-sekali
menengadah memandang gemintang sepenuh sunyi
1865
Seorang anak berkata Apa itu Rerumputan? Seraya membawa daku
segenggam penuh dalam tangannya,
Bagaimana cara aku menjawabnya? Pengetahuanku tentang rerumputan
agaknya tak lebih ketimbang dia.
Mungkin rerumputan adalah bendera dalam perbendaharaanku, ditenun
dari bahan harapan berwarna kehijau-hijauan.
Atau mungkin rerumputan itu saputangan Tuhan.
Sebuah hadiah wangi aromanya untuk kenangan sengaja dibuatkan,
Dengan nama pemiliknya tercantum di salah satu sudutnya, sehingga
kita bisa melihatnya lalu berkata Punya Siapa?
Atau mungkin rerumputan itu huruf hieroglif yang seragam.
Dan maknanya, bertunas tumbuh serupa baik di kawasan lapang
maupun di kawasan kurang lapang,
Bertumbuh di antara orang kulit hitam maupun diantara orang kulit putih,
Kanuck, Tuckahoe, Congressman, Cuff, keberi mereka yang serupa,
kuterima yang serupa
Sekarang malahan rerumputan nampak bagai rambut kuburan yang
terurai panjang belum sempat dirapikan.
…..
Ibu dan Bayi
Kulihat bayi terlelap mengisap susu ibunya,
Ibu dan bayi yang sama tertidurnya – ssst,
lama dan lama aku mempelajari mereka
1865
Pelajaran Sufi dari Farsi
Seorang sufi berjanggut abu-abu di akhir pelajarannya
Pada suatu pagi yang segar di udara terbuka
Di lereng sebuah kebun mawar demikian indahnya
Dinaungi pepohonan tua dengan jaringan dahan dan cabangnya
Kepada ulama muda dan santrinya ia berkata
“Anak-anakkku, akhirnya, sebagai penutup kata
Allah adalah segalanya, immanen di setiap bentuk kehidupan apa jua
Sebutlah ini-itu sebanyak-banyaknya – Allah, Allah, Allah ada di sana
“Sejauh-jauh orang dalam kesesatan, sebab musabab disembunyikan
Adakah terdengar suara di dasar lautan gelisah seluruh jagat raya?
Adakah kau tangkap keresahan? Makhluk dalam dorongan dan loncatan
Yang tak pernah tenang, tak kunjung hilang?
Tak tampak namun ada dia, bersembunyi dalam benih kehidupan?
“Dia mengendap sebagai tenaga di inti zarrah
(Seringkali tak sadar, kadang-kadang menjatuhkan)
Namun kembali ke sumber kesucian walau jarak di kejauhan
Serupa untuk semua, tiada kekecualian.”
1891
Ketika Aku Mendengar Ahli Ilmu Bintang yang Terpelajar
Ketika aku mendengar ahli ilmu bintang yang terpelajar
Ketika sejumlah bukti dan angka di depanku dalam kolom berjajar
Ketika ditunjukkan kepadaku peta dan diagram, menambah, membagi, dan
mengukur semua
ketika seraya duduk kudengar ahli ilmu bintang itu member ceramah
disambut tepukan tangan meriah di ruang kuliah
betapa segera entah bagaimana aku jadi letih dan jemu
akhirnya bangkit dan meluncurlah daku ke luar sendiri
di udara malam lembab dan mistis, dan sekali-sekali
menengadah memandang gemintang sepenuh sunyi
1865
Tuesday, March 16, 2010
Weekend: Sasindo Out Bond di Pondok Bambu Parangtritis
Berawal dari kerinduan sejumlah anak Sasindo untuk kumpul2, tercetuslah sebuah ide untuk bikin out bond yg akan diikuti anak sasindo dari semua angkatan. Setelah melalui beberapa perundingan mengenai waktu dan tempat yg akan digunakan out bond, akhirnya Pondok Bambu Parangtritis menjadi pilihan. Selain harganya lumayan murah, tempatnya pun TOP bgt dech.. Bagi teman2 yg kebetulan gak bisa ikut, silakan membaca ceritanya…
13 Maret 2010.
Pukul 11.00 WIB. Tengah ada beberapa armada Sasindo yang sedang duduk2 menunggu di pelataran Gedung Margono. Ada yang sibuk dengan hp, ada juga yg sedang memetik gitar. Si Rivqi yg bertugas sebagai sie transportasi pun sibuk memastikan kedatangan bus. Sebenarnya,terjadi sedikit perubahan rencana. Awalnya, kendaraan yg akan digunakan adalah motor, tapi setelah melalui perundingan lagi, diputuskan semua orang akan naik bus. Sembari menunggu bus yg belum datang-datang juga, kesempatan pun digunakan untuk ngobrol2…
Kira2 pukul satu siang, sebuah bus berwarna kuning akhirnya datang juga. Kami pun berbondong-bondong naik dan mencari tempat yang nyaman. Huff..panaass. Tapi udara yg gerah ternyata tidak mampu mematahkan semangat armada-armada sasindo. Sebelum berangkat, kami pun berdoa terlebih dahulu agar selamat sampai tujuan. “Pak sopir, hati2, ya. Jangan ngebut2.” Kemudian bus pun ramai dengan genjrengan gitar dan alunan lagu dari suara2 yg rada fals. Hehehe. Dari lagu dangdut, campur sari, sampe lagu india, semuanya dinyanyiin. Sebenarnya agak disayangkan karena tidak semua armada sasindo ikut dalam acara ini. Kalau semuanya ikut, wuih, pasti bakalan lebih seru…
Bus pun melaju dengan tenangnya, sesekali berhenti karena ada lampu merah (ya iyalah..). Di perempatan daerah Bantul (yg namanya saya lupa), bus pun berhenti karena menghampiri salah satu teman kami.
Kira2 pukul 14.30 kami sampai di lokasi. Gila! Tempatnya kereen bgt. Ada beberapa pondokan yg berdinding bambu diselingi pohon2 kelapa yg berjajar anggun. Rumput yg hijau semakin menambah elok pemandangan. Di samping pondokan ada sawah dan sebuah parit yang airnya bening bgt. Dua ratusan meter dari pondokan adalah pantai Parangtritis. Singkatnya, tempatnya ok’s bgt… Dan ternyata lokasi ini cukup dekat dengan rumah mas Zudi (sasindo angkatan 2006).
Kemudian kami menempati pondokan masing-masing (yg sebelumnya sudah disewa). Dua pondokan untuk cewek, dan satu pondokan untuk cowok. Kebetulan saya menempati pondokan yg bernama “kepodang”, teman cewek yg lain menempati pondokan yg bernama “pipit”. Pondokan yg satunya lagi saya lupa namanya. Pondokannya juga nyaman lho, pas bgt buat bulan madu (^_^).
Setelah sejenak beristirahat dan meletakkan barang2, acara pertama pun dimulai, yaitu pembagian kelompok. Ada 3 kelompok. Masing2 kelompok diharuskan membuat yel-yel dan pementasan sederhana untuk acara malam. Dengan kesepakatan pementasannya gak boleh puisi, drama, atau prosa (emangnya kuliah teori sastra? hehe).
Kira2 pukul 16.00 kami pun berkumpul untuk siap2 bergi ke pantai. Asyiiiiiiikk. Udah gak sabar nee pengen basah2an di pantai. Refreshing dari rutinitas yg penat. Dengan beberapa menit berjalan menyusuri sawah, kami pun sampai di pantai yg indah nian. Hmm, ternyata suasana pantai cukup ramai. Tanpa berpikir panjang kami pun mulai beraksi. Ada yg nyebur ke air. Ada berguling2 di pasir. Dan yg gak boleh ketinggalan adalah photo2…
Waduh, mata saya tiba2 melirik pada sesuatu yg berwarna hijau berbentuk bulat. Dan kayaknya sueger banget. Yup! apalagi kalo bukan kelapa muda. Sebelum ngiler, saya beberapa teman2 (Ayi, Nay, Mustika, Asti) pun menghampiri si ibu penjual kelapa muda yg sudah lama ditongkrongin ama Dino, Ari, Icha, dan Rahmi. Dan ternyata kelapa mudanya emang sueger tenan, rek… Emang pas bgt kalo minum kelapa muda di pantai dengan angin sepoi-sepoi gini.. Habis satu buah masih pengen nambah lagi, tapi sayang perut kayaknya udah gak muat. Hehe..
Senja telah lewat. Kami pun beranjak dari pantai setelah cukup puas bermain dan berfoto2…
Kira2 pukul 19.00, setelah mandi dan sholat maghrib, kami pun berkumpul lagi untuk makan malam. Sembari menunggu makanan, waktu dimanfaatkan untuk perkenalan biar lebih karab. Hmm, cukup seru juga. Setelah beberapa saat, makanan pun datang. Kami pun makan bersam-sama dengan lahapnya. Nyam, nyam, nyam. Kemudian acara dilanjutkan dengan pementasan masing-masing kelompok. Sebelum pentas, tiap kelompok pun memperkenalkan diri dengan yel-yelnya. Eh, ada mbak Dewi (angkatan 2006) dan beberapa angkatan 2008 (Nesa, Elita, Astri, Arifin, dan Yudi) yang datang.
Yang pertama tampil adalah kelompok “ubur-ubur”. (Ari-Putri-Ayi-Rifqi-Ayu-Danil). Yel-yelnya singkat dan padat. Pementasannya juga cukup menarik dengan mengusung drama musikal yg disutradarai Ari. Selanjutnya adalah kelompok “tahu tek”. (Anis- Aza- Hani-Wita-Lilis-Mustika-Nay-Rahmi). Dengan tarian ceria kelompok ini membawakan yel-yelnya. Pementasannya berjudul “tek-tek-tek out” yg mirip bgt ama acara “Take Me Out”. Yang terakhir adalah kelompok “makhluk tuhan paling seksi” (semoga namanya benar,hehe). (Asti-Nina-Fredi-Icha-Danar-Dino-yg lainnya lupa). Seperti nama kelompoknya, yel-yelnya juga memakai lagu “makhluk tuhan paling seksi” Mulan Jamila. Pementasannya juga drama musikal yg sangat menarik, ditambah lagi dengan genjrengan gitar yg cihuy.
Setelah pementasan, acara selanjutnya adalah game. Game kali ini adalah komunikata. Tiap orang harus melanjutkan kata-kata yg diucapkan oleh teman disebelahnya. Kata yg diucapkan harus nyambung atau berterima. Kalo gak bisa akan dikenakan hukuman pertanyaan. Ternyata banyak juga yg gak nyambung dan kadang terlalu lama mikirnya. Hahaha. Setelah komunikata, selanjutnya adalah komuniangka dan komunihuruf. Angka atau bilangan yg diucapkan harus sesuai dengan EYD (emang dasar anak Sasindo.hehe). Banyak yg terjebak pada bilangan delapan (8), yg diucapkan “hlapan”. Sayangnya, komunimorfem dan komunifrasa gak ada, hahahaha.
Selanjutnya adalah sesi curhat. Mengenai apa saja. Semuanya bebas. Ada yg berbicara tentang gab tiap angkatan. Ada yg berbicara tentang kekompakan. Ada yg berbicara tentang masa depan KMSI. Dan lain sebagainya. Sesi curhat ini dimaksudkan untuk mengetahui masalah-masalah yg terjadi dan menambah keakraban semua anak Sasindo. Tak ada lagi senioritas. Kemudian ada mas Kobe, mas Nao, dan beberapa orang yg datang. Dan acara pun dilanjutkan dengan api unggun..
Beberapa orang berusaha membuat api unggun. Setelah beberapa menit, api pun sudah menyala. Suasana menjadi sangat hangat. Ditambah dengan beberapa nyanyian dan genjrengan gitar. Yang jelas asyik bgt… Acara ini pun semakin lengkap ketika ada seorang cowok yang melakukan “katakan cinta” pada gadis pujaannya, cuit..cuit.., Sang pangeran cinta pun membacakan puisi untuk si gadis, dan dibalas pula dengan puisi. Prikitiuw... (tentang siapa orangnya, teman2 yg gak ikut out bond boleh penasaran,hehe).
14 Maret 2010
Kira2 pukul 00.30 acara malam (eh pagi, nding) ini usai. Ada teman2 yg langsung menenggelamkan diri di kasur, ada yg masih genjang-genjeng pake gitar, ada yg malah pergi ke pantai. Ternyata pantai pada malam hari tu keren bgt, dan cukup ramai. Buih yg ada di laut membentuk satu garis putih lurus di sepanjang bibir pantai. Indah tak terperi. Angin yg dingin semakin memperkuat suasana. Lampu2 tower pun bertarung dengan bintang di langit.
Pagi pun datang. Beberapa mata yg masih mengantukdan belum mandi berkumpul di lapangan untuk senam pagi. Instruktur senam adalah mas Kobe. Gerakan ini itu pun dilakukan guna melemaskan otot-otot. Yang kelak baru diketahui bahwa senam ini sangat bermanfaat ketika out bond. Setelah senam, dilanjutkan dengan sarapan, sebuah arem-arem dan kucur hangat. Hmmm, lezat. Sarapan kali ini agak beda karena ada semacam “renungan” untuk menghayati makanan sebelum dimakan.
Pukul 08.00. Nah, acara yg ditunggu2 akhirnya datang juga. Out bond asyik ala Sasindo. Permainan pertama adalah melayang (sebenarnya saya tidak tahu namanya,hehe). Ada seseorang yg melayang dari suatu ketinggian dan teman2nya harus bisa menangkapnya. Kepercayaan pada teman sangat diperlukan pada permainan ini. Siapa yg tidak percaya bisa jadi akan jatuh. Saya pun mencoba. Awalnya, agak gemetar saat memutuskan untuk melayang. Ada perasaan takut, tapi justru itulah yg harus dilawan. Harus percaya pada teman2 yg akan menolong. Dan ternyata: saya bisa. Tapi ada beberapa yg takut juga. Yg membanggakan adalah Nina. Beberapa saat lamanya dia benar2 takut untuk melayang, sampai2 teman2 yg ada di bawah menjadi gemes. Tapi akhirnya dia bisa juga.
Permainan selanjutnya adalah loncat tali. Tali diikat pada pohon dengan ketinggian tertentu. Masing2 orang harus bisa melewatinya tanpa menggunakan alat. Kemudian kelompok dibagi menjadi dua. Berbagai carapun dilakukan agar satu per satu teman bisa melewati tali. Ada yg diangkat. Ada yang naik punggung. Yg jelas, kerjasama tim sangat diperlukan. Ternyata teman2 belum juga capek. Permainan pun dilanjutkan dengan komuniangka (lagi). Tapi kali ini agak beda karena menggunakan arah tangan.
Ada satu lagi permainan, yaitu kereta batu (sebenarnya saya juga tidak tahu nama sebebnarnya). Batu harus diberikan kepada teman kelompoknya dengan menggunakan kaki posisi salto, tidak boleh tangan. Lahan yg berbatu merupakan tantangan pada permainan kali ini. Kelompok yg berhasil mengumpulkan batu terbanyak, dialah yg menang.
Kira2 pukul 11.00, permainan pun usai sudah. Sembari menunggu makan siang, kami pun beristirahat. ada juga yg mandi karena dari pagi belum mandi. Dasar. Beberapa saat kemudian makanan pun datang. Kami pun makan bersama-sama di bawah pohon kelapa yg rindang. Sangat menyenangkan. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat dan packing. Bersiap-siap sembari menunggu bus yg belum datang.
Kira2 pukul 13.00, bus berwarna biru pun datang. Kami semua masuk dan mencari tempat yg nyaman. Bersiap meluncur. Dan sampai di kampus kira2 pukul 14.00…
Out bond yg amat sangat menyenangkan. Sebenarnya masih banyak hal indah lainnya yg tidak bisa dituliskan dengan kata-kata.
Salam,
-Ann-
Subscribe to:
Posts (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...