27 Maret 2010: Wow! amat sangat beruntung karena saya mendapat sms dari mas Alvein bahwa besok jam 9 pagi di Pusat Studi Asia Pasifik UGM ada diskusi bareng Don Hasman (Oom Don) tentang Travel & Adventure photo, Etnofoto. Awalnya, saya memang sempat ragu untuk datang, takut gak mudeng. Saya kan gak tahu seluk beluk dunia fotografi. Tapi bodo amat! Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Saya akan datang ^_^
28 Maret 2010
Kira2 pukul 09.45. Salah satu ruangan di Pusat Studi Asia Pasifik sudah penuh oleh pengunjung. Ternyata diskusi sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Hmm, saya telat. Tapi tak apalah. Saya pun buru2 mencari kursi yang masih kosong. Di bagian depan telah duduk Oom Don yang pagi itu memakai kaos motif belang2 biru.
Sebagai permulaan, Oom Don berbicara tentang etnofoto. Ternyata dalam menekuni etnofotografi, dibutuhkan sebuah pendekatan khusus. Oom Don, yang menghabiskan 35 tahun untuk mempelajari suku Baduy, bahkan perlu delapan tahun lamanya untuk melakukan pendekatan kepada suku itu. Juga perlu pengorbanan habis-habisan, soalnya menyangkut wilayah pribadi seseorang atau kelompok. Diakui Oom Don, ini memang sulit. Kesulitannya menempati urutan kedua setelah memotret dibawah air dan satwa di alamnya. Kalau memotret di bawah air,seorang fotografer harus lebih hebat dari penyelam, karena selain nyelam ya harus motret juga..
Pukul 10.00. Oom Don berniat memperlihatkan gambar-gambarnya. Kemudian LCD yg tadinya miring dibenarkan letaknya. Operator dan Oom Don pun mencari data2. Ini, itu,eh..bukan2..ya, ya ini… Ternyata foto yang ingin diperlihatkan tidak bisa dibuka. Si Oom minta maaf. Tapi kemudian beralih ke travel foto ketika Oom Don ziarah ke Santiago, Spanyol.
Beberapa saat kemudian screen pun menampakkan gambar. Oom Don menjelaskan satu persatu. Gambar yang pertama kali muncul adalah seseorang yg membawa ransel dipunggungnya. Yang sedang memulai perjalanan. Perjalanan harus dilakukan paling lambat jam setengah tujuh pagi. Karena petugas akan mempersiapkan peziarah yang lain juga. Gambar yg diperlihatkan kebanyakan di hutan dan jalan setapak. Tidak perlu khawatir bakalan kesasar, soalnya sudah diberi tanda.
Gila! Ternyata dalam peziarahan tersebut Oom Don hanya memerlukan 35 hari untuk melakukan perjalanan 1000 km. Tapi, kata OOm Don, persiapannya 10 tahun. Oom Don menambahkan, seseorang yang akan melakukan perjalanan sebaiknya melakukan riset dulu. “Jadi kalau kemana-mana yang terbaik adalah risetnya, agar Anda tahu apa yang akan Anda hadapi. Paling tidak separuhnya kita sudah tahu. Yang belum kita tahu, anggap saja bonus” tambah Oom Don dengan tawanya. Tambahnya lagi, seorang fotografer juga dituntut untuk selalu aktif, kreatif, dan berbeda. Dan mengacu pada sesuatu yang baru dan baik, bahkan kalau bisa yang terbaik.
Kemudian gambar yang tampak di screen adalah sepatu yg bagian alasnya sudah mulai terkelupas. “Wah, kalau di Indonesia ini masih bisa disol,hehehe” kelakar Oom Don. Ternyata sepatu juga memegang peranan penting dalam perjalanan seseorang. Kalau kaki lecet ketika dalam perjalanan, urusannya bisa panjang. Bisa masuk rumah sakit juga dan menghabiskan biaya 30an juta. Lecet itu terjadi akibat gesekan. Orang Jepang, setelah perang dunia II, kakinya diplaster untuk menghindari gesekan, kata si Oom. Oom Don juga memperlihatkan gambar kaki yang diplaster.
Dalam ziarah Santiago, ada juga peziarah yang bersepeda, tapi yang diutamakan adalah peziarah yang jalan kaki. Peziarah bersepeda ibarat kata peziarah kelas dua. Dalam satu tahun bisa mencapa 125-150 ribu peziarah. Omm Don bilang, tahun ini adalah tahun suci karena tgl 25 Juli jatuh pada hari minggu. Bisa ribuan orang yang datang.
Dalam perjalanan, para peziarah bisa mengambil makanan sesukanya yang disediakan oleh penduduk. Buah-buahan yang ditanam juga boleh diambil sesukanya. Air juga ada dimana-mana. Kalau kehabisan uang juga boleh mengambil secukupnya di kotak uang. Mau menyumbang juga silakan. “ Dan disana,” kata Oom Don,” orang-orangnya baik, tidak ada perbedaan ras dan agama.”
Kemudian tampak pula gambar-gambar gereja katedral yang megah dengan para pastornya yang memakai gaun merah tua. Secara bergiliiran muncul pula gambar taman kota, kapel, jembatan, jalan raya, bunga liar, pemakaman, peternak, dan rumah-rumah di pedesaan yang banyak bunganya. Juga ada beberapa gambar tentang suasana makan yg penuh keakraban, suasana malam, dan senja yg TOP bangett. Ternyata fotonya gak habis2. Masih banyak banget. Screen menampakkan gambar pemandangan di pantai Depok yang lebih indah dari aslinya.Hehe. Ada juga gambar prewedding dan beberapa foto Baduy. Campur-campurlah.
Kira2 pukul 10.50 Oom Don selesai memperlihatkan gambar2nya. Dan disamput riuh tepuk tangan tamu-tamu yang hadir. Kemudian MC (mas Jajang, salah satu dosen Arkeologi UGM) menawarkan kepada para tamu untuk diadakan diskusi atau mau lihat gambar-gambar lagi. Akhirnya, disepakati untuk diskusi dulu.
Pertanyaan pertama dari mas Dedi Hartono, yang sangat tertarik dengan gambar2 Baduy. “Oom, gimana sih teknik pendekatan ke penduduk lokal? Trus, kamera yang digunakan apa ya?”
Oom Don pun dengan bersemangat menjawab bahwa pendekatan tiap orang itu memiliki gaya dan cara tersendiri. “Anda sedang memasuki wilayah pribadi seseorang atau kelompok, Anda harus berusaha meyakinkan tujuan Anda,” lanjut si Oom. Menurut Oom Don, setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan, pertama, memberikan pengertian kepada penduduk, apa tujuan dan maksud kita. Kita juga harus memberikan kesan tidak membahayakan penduduk, agar mereka merasa aman. Kalau “pintu” sudah terbuka, bersikaplah baik, sedikit royal juga boleh. Misalnya memberikan cendera mata, oleh-oleh.
Nah, untuk itu, kita perlu mempelajari dulu suatu kelompok yang ingin kita kunjungi. Untuk membuktikan bahwa kita baik, berbuat baiklah terhadap semua kalangan, termasuk anak-anak. Kalau bisa mendekati anak-anak, biasanya orang tuanya pun bisa menerima kita. Hal kedua adalah berusaha untuk tidak melanggar adat istiadat yang ada. Kalau kita memberikan sesuatu kepada satu orang, maka yang lainnnya juga harus dapat, tidak boleh dibedakan.
Oom Don lebih fokus pada Baduy dalam. Kata Oom, laki-laki yang memakai ikat kepala putih 99% bisa dipercaya. Dan Oom Don butuh 8 tahun untuk pendekatan. Sekarang ini Oom Don setiap saat dipersilakan masuk , tapi pada upacara tertentu Oon Don dilarang untuk datang. Kemudian Oom Don menceritakan “ramalannya” yang valid tentang hujan dan menanam padi kepada penduduk Baduy. Sejak saat itu, Oom Don dipercaya. Kalau untuk masuk ke gereja katedral, cari dulu siapa yang paling berkuasa. Cari alasan bahwa kita ingin memperkenalkan. Tapi yang harus diingat adalah kita tidak boleh mengganggu jalannya acara di gereja itu. Tentang kamera yang dipakai, Oom Don menyebutkan salah satu merk, tapi juga menggunakan semua jenis kamera.
Pertanyaan kedua dari mas Romi. “Oom, dalam menentukan lokasi, apa sih yang menjadi pertimbangan? Kemudian apa motivasi Oom Don melakukan perjalanan?”
Oom Don, yang saat itu energinya masih full banget, bilang kalau fotografer dan penjelajah itu harus mengabdi pada ilmu pengetahuan. Oom Don memilih lokasi karena ingin mengetahui sesuatu yang baru. Kata si Oom, kalau bisa kita adalah orang pertama, bahkan yang menemukan daerah itu. Itulah yang membuat Oom memilih tempat yang jarang dikunjungi orang. Dan yang terpenting nih, menghasilkan foto yang baik.
Kalau tentang motivasi, Oom Don sedikit bercerita tentang masa lalunya. Oom Don (anak ke 7 dari 8 bersaudara) pernah bertanya pada kakaknya tentang kebiasaannya yag suka kelayapan, padahal saudara-saudaranya tidak ada yang seperti Oom Don. Nah, barangkali kebiasaannya itu diwarisi dari nenek ayahnya. Oom Don pun bilang kalau Indonesia ini masih luas, maka nikmatilah Indonesia.
Selanjutnya, pertanyaan pun datang dari 3 orang sekaligus, mbak Ides, mbak Chusnul, dan mas Danu. Mbak Ides (yang suatu waktu pernah berkunjung ke Manggara, NTT) bertanya bagaimana cara menetralkan emosi pada lokasi yang masih baru agar tidak menyinggung perasaan penduduk, Mbak Chusnul tanya tentang biaya perjalanan, dan mas Danu bertanya tentang objek yg akan di foto.
Ketiga pertanyaan itu pun dibabat habis oleh Oom Don. Ternyata Oom Don pun udah pernah ke Manggara, malah udah bikin KTP disana. Kalau datang dalam sebuah lokasi yang baru, jangan punya bayang2 akan menyinggung perasaan penduduk. Yakinkan bahwa kita ingin memperkenalkan. Terlebih dahulu kita juga harus akrab. Tunjukkan bahwa kita itu baik dan bermanfaat. Cari cara agar kita senang dan mereka pun senang. Bantu2 juga pekerjaan mereka.
Pertanyaan mbak Chusnul dijawab dengan antusias. “Ayo, Chusnul, apa tahun depan kamu siap jalan2 mulai dari Perancis? Kita bisa bekerjasama dgn berbagai pihak” tanya Oom Don. “Insyaallah Oom” jawab si mbak dengan semangat pula. Kata Oom Don nih, kalau mau cari biaya, kalau cewek bisa cari pacar yang kaya. Hahaha. Boleh dicoba nih…
Buat mas Danu, jika merencanakan pergi ke suatu tempat, kita sudah harus membawa konsep atau rencana kerja. Library Research. Tanya pada orang2 yang lebih tahu sehingga kita sudah bisa mempersiapkan. Motret jangan pernah untung-untungan. Masalah angle, pencahayaan juga harus diperhatikan. Ambil dari pencahayaan yang orang takut untuk mengambilnya. Fotogafi itu, kata Oom Don, adalah mengambil gambar sebagaimana mata melihat. Jadi harus faktual, tidak boleh mengatur. Dan yang menjadi kriteria gambar kita berhasil adalah jika orang yang melihat tergugah perasaannya.
Kemudian MC pun membuka satu pertanyaan lagi. Tak menyia-nyiakan kesempatan, pertanyaan pun diajukan oleh mas Tulus. Ia bertanya apa motivasi Om Don menggarap Baduy selam 35 tahun. Apa keuntungan Baduy yang Oom Don eksploitasi?
Oom Don pun mengucapkan terimakasih atas pertanyaan itu. Dijawab oleh Oom bahwa tujuan utama adalah baik dan mempunyai daya guna, bermanfaat. “Saya melakukan ini karena kesel, karena gak ada yang nulis benar. Saya bisa tunjukkan itu beberapa kesalahannya, itu karena mereka tidak sabar” lanjut OOm Don. Menurut Om Don, menulis Baduy ini sangat2 sulit. Selama 22 tahun aja Om Don baru tahu posisi sebenarnya dimana mereka sembahyang. Kadang kita dibodohin, karena mereka itu cerdas. Oom Don pun menegaskan, yg dilakukannya adalah untuk ilmu pengetahuan. Ia rela mengorbankan separuh hidupnya untuk itu. Dan Oom Don tidak mendapatkan duit, justru mengeluarkan duit. Kita tidak boleh mengeksploitasi, kita harus member juga. Kita harus bersyukur kita bisa berhubungan dengan mereka. Karena banyak orang yang ingin jadi pahlawan kesiangan, kata si Oom.
Pukul 12.15 sesi diskusi pun diakhiri. Kemudian Oom don memperlihatkan Baduy Travel Photography. Dan tampaklah gambar2 Baduy dalam dan luar. Lengkap. Rumahnya, pakaiannya, kegiatannya, pertaniannya, juga dapurnya. Laki-laki Baduy dalam dan luar bisa dibedakan dari ikat kepalanya. Laki2 Baduy dalam berikat kepala putih. Oom Don pun berbicara tentang sejarah Baduy. Bahwa Baduy itu tidak mungkin pelarian dai Pajajaran karena tidak membawa peralatan. 5-6 generasi, Baduy baru bisa membuat tembikar satu macam. Baduy pun jika dilihat dari tradisi arsiteknya, mereka melaksanakan upacara di punden berundak. Tentang pertanian Baduy, yang sangat menakjubkan adalah berasnya yang tahan sampai 300 tahun! Barangkali karena menggunakan alas 13 macam daun.
Orang Baduy memiliki 20 aksara, tetapi angka tidak punya. Orang Baduy dalam, pintu rumahnya selalu menghadap utara atau selatan. Rumah paling Timur adalah yg memegang jabatan tertinggi. Jangan salah, orang Baduy juga bisa mengendalikan api lho! Wah,,jangan2 avatar.hehehe. kemudian Oom don pun memperlihatkan gambar tekstil Baduy dalam, yaitu tekstil Rotan. Yang ternyata proses pembuatannya memerlukan waktu yang sangat panjang, hampir setengah tahun untuk satu kain.
Tidak terasa empat jam telah berlalu. Tepat pukul 13.00 WIB Oom Don pun menyudahi diskusi. Kemudian dilajutkan MC yang merangkum hasil diskusi dan memberikan kenang-kenangan kepada Oom Don. Dan dibelakang, ternyata masih ada orang2 yang “memburu” Oom Don untuk diwawancarai.
Diskusi kali ini memang benar2 dahsyat. Penghormatan setinggi-tingginya untuk Oom Don yang telah membagikan ilmunya, untuk Oom Don yang mencintai ilmu pengetahuan, kejujuran, dan tak pernah mengharap imbalan.
Salam,
-Ann-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment