Yang kamu tunggu datang juga. Kamu bertemu dengannya. Kamu sudah bisa menatap matanya. Kamu juga tertawa-tawa dengannya.
Pada saat itulah kamu memutuskan untuk berhenti memikirkannya. Cukup, katamu. Entah apa yang membuatmu berkeputusan seperti itu. Namanya telah kamu masukkan dalam daftar kegiatanmu: tidak mendesak dan tidak penting.
Tapi kamu juga tidak tahu apa yang akan kamu lakukan setelah kamu memutuskan itu. Barangkali kamu akan mengubur namanya dalam sebuah kotak berwarna biru. Menutupnya rapat-rapat. Dan tidak akan membuka-bukanya lagi. Atau entah apa.
Yang jelas, kamu ingin semua berjalan seperti biasa. Kamu masih akan berbuat baik padanya. Masih akan membantu sebisamu. Masih akan mengaguminya seperti pertama kali bertemu. Masih akan menghormatinya seperti yang sudah-sudah. Tidak peduli apa yang dilakukannya di belakangmu.
Dan kamu akan membuka pintu-pintu yang selama ini kamu tutup. Membuka ruang-ruang yang kamu biarkan kosong.
Kamu telah berjanji pada sahabatmu.
Tuesday, May 17, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
-
Entah kenapa saya selalu merasa tenang kalau melihat air yang mengalir. Dan sore tadi, dengan kepala yang rasanya nyutnyut, dari belakang ka...
No comments:
Post a Comment