Friday, January 29, 2010

Pagi Bening dan Segelas Teh Manis di Hall Teater Gadjah Mada

Kali ini saya kembali mengumpulkan sisa-sisa ingatan. Laptop yg sempat ngambek membuat semua data saya hilang. Termasuk beberapa catatan. Amat sayang rasanya jika apa yg saya alami tidak saya abadikan dalam sebuah catatan, meskipun singkat. Entah, sejak kapan saya jadi kecanduan membuat catatan semacam ini. Sangat mengasyikkan rasanya. Jika teman2 saya gemar mengabadikan perjalanannya dalam gambar digital, untuk saat ini saya lebih memilih kata-kata untuk mengabadikan setiap mozaik perjalanan saya. Kok jadi curhat.. ^_^

Setelah sekian lama gak nonton teater, saya dibuat tersenyum lebar oleh ajakan mbak Ima (kakak angkatan) untuk menyaksikan pertunjukan teater di TGM. Malam itu, 16 Desember 2009 kira2 pukul 19.45 kami tiba di lokasi. Kami disambut oleh beberapa lilin yg dinyalankan di sepanjang jalan menuju panggung. Hmm, romantis. Ternyata banyak juga teman saya yg datang. Karena belum membeli tiket, kami pun membelinya. Tiket berwarna hijau dengan gambar seorang wanita berbaju merah itu tampak sangat cantik, dan dijual dengan harga lima ribu rupiah saja.

Kemudian kami pun dipersilakan menuju tempat yg sudah disiapkan. Karena tempat duduk yg disediakan adalah lesehan, panitia menyiapkan semacam rak, agar sepatu dan sandal tidak berantakan. Hmm, mengagumkan. Sebelumnya saya belum pernah melihat pementasan lesehan yg ada rak sepatunya. Akibatnya sandal2 pun berantakan dan merusak pemandangan. Kami juga dipersilakan untuk mengambil minuman yg disediakan. Soft drink ala TGM. Teh dan jahe manis. Ada air mineral juga. Saya pun memilih teh manis.

Tampilan panggung cukup sederhana tapi memikat. Ada sebuah kursi taman berwarna putih dan sejumlah tanaman didalam pot. Yup! Latar yg ingin ditampilkan adalah sebuah taman di pagi hari. Oya, pementasan kali ini berjudul Pagi Bening karya Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero yg diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono.

Kira2 pukul 20.15 pementasan pun dimulai. Sebelumnya, ada pembawa acara yg bercas-cis-cus sebentar. Kemudian musik dibunyikan. Lighting menyala. Tampak seorang wanita tua bersama pembantunya memasuki panggung (taman). Wanita tua ini bernama Laura dan pembantunya adalah Petra. Kemudian Petra meninggalkan Laura yg tengah asyik bercakap dengan merpati-merpati yg memakan remahan roti. Kemudian masuklah seorang lelaki tua yg bernama Gonzalo dan pembantunya yg bernama Juantino yg mencari kursi kosong di taman. Juantino pun meninggalkan Gonzalo di taman. Kostum yg digunakan oleh para tokoh memperlihatkan bahwa settingnya adalah sebuah daerah di Spanyol.

Laura dan Gonzalo kemudian terlibat dalam sebuah pertengkaran kecil. Laura mengejek Gonzalo karena memakai kaca pembesar saat membaca sebuah syair. Percakapan pun mengalir hingga pada akhirnya mereka menceritakan kisah masing-masing. Tentang pertemuan pertama mereka di sebuah villa. Tentang wanita bagai perak. Padahal sebenarnya mereka menceritakan dirinya masing2. Permainan lighting mengantarkan penonton untuk mengetahui isi hati tokoh yg sebenarnya. Maklum, kedua tokoh diceritakan menutupi identitas masing2.

Mereka tidak mau jujur tentang keadaan yg sebenarnya. Dan memilih untuk membiarkan semua berlalu dalam kenangan tentang masa muda yg penuh gelora. Setelah sekian tahun lamanya terpisah, akhirnya mereka bertemu kembali di sebuah taman pada pagi yg bening. Mereka sangat menikmati pertemuan tersebut. Mereka pun berjanji setiap pagi akan datang ke taman untuk bertemu. Hmm, so sweet. Sebenarnya Laura dan Gonzalo tidak sadar bahwa mereka mengalami kisah dalam syair yg mereka bacakan. Pertemuan bahkan ucapan-ucapan mereka juga sama persis seperti dalam syair.

Drama komedi ini cukup menarik. Penonton pun terhanyut dalam humor segar yg dibawakan. Tapi sayang, pertujukan ini cuma sebentar. Dan berakhir dengan tepuk tangan riuh dari penonton. Kemudian MC memperkenalkan satu persatu para tokoh dan kru. Sayang sekali saya tidak ingat nama2 mereka. Sebelum para penonton pulang, diharuskan juga untuk mengisi semacam questioner tentang pementasan tadi. Sebagai dokumentasi, ada beberapa orang yg diminta pendapatnya untuk direkam.

Saya cukup senang dengan pementasan kali ini. Cukup menggigit. Saya pun tak sabar menunggu pementasan2 TGM selanjutnya.

Salam,
-Ann-

No comments:

Post a Comment

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...