Thursday, May 31, 2012

ada yang lebih penting dari sekadar....

lihat segalanya lebih dekat, dan kau bisa menilai lebih bijaksana

Itu adalah penggalan lagu Sherina yang berjudul “Lihatlah Lebih Dekat” yang masih sering saya dendangkan. Dan banyak hal yang jika dilihat lebih dekat, memang terasa menakjubkan.

Kadang, kita(?) hanya melihat sesuatu sambil lalu. Tanpa mencoba untuk memahami. Lalu terburu-buru menilai. Padahal, banyak hal tersembunyi disana. Yang layak untuk ditengok, dan dihayati.

Nah, mungkin hal-hal yang terlihat sepintas itu adalah hal-hal yang “seharusnya” menurut masyarakat umum. Harusnya begini dan harusnya begitu. Namun, dibalik yang “seharusnya” itu ada “yang lebih penting” sih menurut saya.

Daaaan..menurut saya, berdasarkan pengalaman nyata, ada yang lebih penting dari sekadar

... keuntungan yang banyak
Saya punya seorang teman. Dia adalah direktur di penerbitnya. Sebuah penerbit yang mungkin tidak begitu populer.

Suatu kali si teman ini menjual buku-buku diskonan, yang harganya jadi benar-benar anjlok dari harga pasar. Untuk itu dia membikin rak buku di kamarnya. Jadilah dinding itu dak dok dak dok selama dua hari. Saya turut serta dalam proses itu. Mulai dari inventaris buku-buku sampai nempelin harga, saya juga turut serta. Seharian. Sampai-sampai saya hafal di mana letak buku, covernya, dan harganya melebihi si teman.

Oya, selain menjadi direktur, dia adalah sekretaris sekaligus bendahara. Haha. Intinya, dia memegang sendiri penerbitannya itu. Kok bisa? Buktinya bisa. Sudah puluhan buku yang terbit. Dan penerbit ini memang tidak membatasi satu jenis buku tertentu. Apa aja dibabat. Mulai dari sastra sampai buku doa untuk anak-anak. Nah, itulah mengapa saya sering terlibat dalam acara rekap merekap itu.

Suatu kali seorang teman lain bertanya, “ngapain sih kamu jualan buku kayak ginian? Untungnya apa? Buang-buang tenaga.”

Memang si teman direktur ini nggak bakalan kekurangan uang meskipun tiap hari dia cuma duduk leyeh-leyeh sambil fesbukan dan minum susu beruang kesukaannya. Dan memang kalau dilihat-lihat, apa yang dilakukannya adalah tindakan yang buang-buang waktu dan tenaga.

Terhadap pertanyaan tadi itu, dia nggak njawab. Cuma senyum.

Tapi suatu ketika, dia bilang pada saya, “aku ngelakuin kayak gini tuh jangan dilihat keuntungannya. Kalau masalah untung, mungkin gak cukup buat makan, mungkin malah rugi. Coba liat berapa orang yang mau bekerja jadi sales buku. Mereka pernah meminta pekerjaan, jadinya aku bikin kayak ginian. Seneng rasanya kalau mereka mau bekerja.”

Seperti halnya dia, saya hanya senyum mendengar. Tidak bisa berkata-kata. Heeem. Di saat semua orang berkutat dengan untung rugi dan tunduk pada permainan pasar, dia masih memikirkan orang lain. Dan memang kebanyakan buku yang diterbitkan oleh penerbit miliknya itu adalah untuk menolong teman-teman yang punya karya tetapi nggak punya duit. Penerbit miliknya tidak memiliki karyawan tetap, setiap orang digaji sesuai dengan kerja yang dilakukannya.

Dan saya hanya menggumam dalam hati “Masih ada ya orang kayak gini. Ternyata.”

*oh ya, dia juga seorang dosen di sebuah universitas swasta di Jogja

... mempertahankan hubungan
Apa gunanya seseorang di sampingmu, tetapi hatinya tidak? Tapi kamu matian-matian mempertahankannya, berjuang untuknya. Hingga pada satu titik kamu pun kelelahan, tapi tak mau mengakui penyesalan.

Baiklah, mungkin kamu sedang berusaha untuk meyakinkan dirimu bahwa ‘dia akan berubah menjadi lebih baik’. Aku mengamini itu.

Tapi saat aku bertanya, “kamu bahagia?” matamu sungguh tidak bisa bohong. Dan pandangan matamu dipertegas dengan lisanmu. Kamu merasa dihianati. Berkali-kali dihianati. Kamu merasa berjuang sendirian dan tidak dipedulikan. Tapi lagi-lagi ini adalah pilihanmu. Keputusanmu, yang kamu bilang benar-benar matang. Tak mengenal kompromi. Tapi menurutku, kamu sedang diperbudak egomu.

Dan sekarang, kamu memutuskan untuk bertahan. Mempertahankan hubungan yang sudah terlanjur menjadi ikatan resmi. Tidak ada jalan lain, katamu.

Melepas. Adalah satu kata yang memang tidak pernah ada dalam kamus hidupmu. Itu kesimpulanku selama berkawan denganmu. Kamu selalu “harus” mencapai apa yang kamu inginkan. Dalam segala hal. Tidak peduli apa pun. Dan kali ini pun aku mencoba maklum.

Ah, sekali lagi, “apakah kamu bahagia?” Tapi sepertinya itu adalah pertanyaan yang cukup membebanimu.

Harusnya, kamu layak berbahagia. Maaf, kali ini aku mungkin sedang tidak bijak menilaimu.

*kepada seorang kawan

... lulus cepat
Siapa yang tak suka lulus cepat, hingga terhindar dari pertanyaan-pertanyaan menyebalkan seperti “skripsi udah nyampek mana?” “kok lambat banget sih, ngapain aja?” “kapan ujian” “kapan lulus?” “eh, seangkatan cuma kamu aja ya yang belum lulus?”. Orang yang nanya gitu disetiap kesempatan berpapasan pasti belum pernah tau rasanya digampar. Yakin.

Ada banyak hal yang sebenarnya bisa dinikmati, dipelajari, dihayati, dalam proses panjang berskripsi. Misal, berkumpul dengan sesama penderita skripsi adalah hal yang sangat bergizi. Seringkali kita bisa tahu hal-hal yang tak terduga. Memahami orang dari sisi lainnya. Hingga berujung sering maen ke kosnya. Haha.

Mengenal lebih banyak adik angkatan adalah kelezatan yang lain lagi. Ini bisa bikin kita lebih muda. Dan biasanya adik angkatan ini lebih jago kalau nggosip tentang dosen. Apalagi adik angkatan yang juga lagi skripsi. Wuih, jiwa raganya pasti lagi dipenuhin tentang si dosen pembimbing, dan seorang ini menyenangkan untuk diajak ngobrol.

Biasanya, kita juga jadi akrab dengan teman se-dosen pembimbing atau se-teori. Merasa senasib. Beban rasanya sedikit berkurang. Bisa sharing ini itu. Dan seringnya ini menjadi obrolan yang berkualitas. Ini penting! Karena teman yang kayak gini bisa di-sms tengah malem sekadar nanya teori yang bikin insomnia. Dan pasti sms itu berbalas. Dan berlanjut pada sms-sms yang melenceng jauh dari si teori tadi. Hohoho..

Saya kok yakin ya, kalau hal-hal kayak gini gak pernah dialami mereka yang lulus cuepat. Kebanyakan orang yang lulus cepat, apalagi kecepetan, itu ujung-ujungnya kesepian. Soalnya temen-temennya masih pada enjoy. Hehe. Gak kenal temen. Soalnya udah melesat pergi entah kemana. Mbuh nding :p

*mudah-mudahan ini bukan menjadi pembelaan dan kambing hitam

Nah nah, gak harus untung besar, mempertahankan hubungan, dan lulus cepet kan? Ada yang lebih penting dari itu.

Tapi terserah kamu jugak sih.. enjoy!


No comments:

Post a Comment

Ucapan Terima Kasih

Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...