Wednesday, April 8, 2020

E.S. Ito


Sudah lama saya menunggu karya terbarunya. Dulu saya mendengar kabar kalau dia akan menulis novel tentang Nusantara awal abad 19 (?). Pasti menarik dan mendebarkan jika ia yang menuliskannya. Biasanya, saya tertarik pada sebuah cerita karena gaya bercerita si penulis, cara ia menuturkan kisah. Namun tak demikian pada E.S Ito. Jika dilihat dari gayanya bercerita, masih banyak penulis lain yang lebih bagus, meski Ito juga sering menyisipkan dialog-dialog cerdas.

Saya suka cerita-cerita E.S Ito karena tokoh-tokoh yang dihadirkan. Sejak buku pertama, Negara Kelima, dilanjut buku kedua, Rahasia Meede, selalu ada tokoh ideal yang saya rasa mewakili suara-suara dan idealisme Ito. Bukan tokoh tampan nan baik hati, tentu saja. Tapi rebel, jenius, dan prinsipil idealis. Dari dua novelnya itu, ia selalu terkonsentrasi pada persoalan militer, kebobrokan dan keruwetannya. Mungkin ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Kalau tidak salah, Ito lulusan Taruna Nusantara.

Maka, saya berbahagia sekali karena beberapa hari lalu tahu dari cuitan seseorang kalau Ito membuat sebuah film seri! Sebagai penggemar yang menunggu-nunggu karya terbarunya, saya menyesal karena baru tahu. Padahal film seri itu sudah sejak tahun lalu. Sebelumnya Ito juga pernah menulis skenario untuk film Republik Twitter. Dialog-dialognya asyik sekali.

Di filmnya kali ini, Brata, Ito kembali mengulik dunia yang tak jauh-jauh dari militer: kepolisian Republik Indonesia. Tentu saja ia memunculkan tokoh ideal seperti yang saya singgung. Rebel, jenius, prinsipil idealis. Bayangkan, polisi rebel sedikit arogan, nggak kenal kompromi. Apalagi diperankan Oka Antara. Sumpah bikin meleleh wkwkwkwkwkwk. Saya nggak suka polisi sih, tapi saya suka polisi yang diperankan Oka Antara itu. Kalau penonton film ini adalah juga pembaca novel-novel Ito, mereka tidak akan asing dengan sosok Brata. Ia mirip sekali dengan tokoh Timur Mangkuto dalam novel Negara Kelima.

Film ini punya bangunan cerita yang kukuh dan matang. Didukung juga oleh pemain-pemain yang mumpuni. Saya senang ada serial dengan mutu yang bagus seperti ini. Cukup mengurangi tekanan mental pada saat-saat seperti ini. Kalau lagi badmood tinggal mantengin sosok Brata. Dijamin senyum-senyum aja bawaannya hahahahaha.

Tuesday, April 7, 2020

Waras


Saat menulis ini, saya sedang duduk di belakang meja kerja saya yang nyaman. Petikan piano Yiruma menjadi latar belakang yang merdu. Seharusnya ini menjadi pagi yang sempurna. Pikiran masih fresh untuk diajak bekerja. Kebetulan banyak tugas mahasiswa yang belum saya periksa. Tapi, beberapa hari ini rasanya otak saya tidak mau diajak berpikir. Bahkan untuk menuliskan hal-hal sederhana pun rasanya malas sekali.

Hampir empat minggu sejak pihak kampus memberi kebijakan bekerja dari rumah, praktis saya nggak ke mana-mana dan memang tidak boleh ke mana-mana. Sebagai orang rumahan yang betah ngendon di kamar berhari-hari, bahkan sering malas bertemu manusia, saya menyambut kebijakan itu sebagai anugerah. Saya merasa lebih fokus dan produktif bekerja dari rumah. Tidak banyak distraksi seperti di kantor. Kuliah pun lancar. Saya menggunakan video conference zoom, webex, dan aplikasi google classroom. Nggak ada masalah. Saya juga jadi punya lebih banyak waktu untuk melamun dan merawat tanaman-tanaman saya.

Namun, musuh besar umat manusia adalah kebosanan.

Saya tidak tahu persis, mungkin karena disuruh, ada tekanan, atau entah apa, berdiam di rumah (lama-lama) tidak seindah yang saya bayangkan. Atau saya hanya butuh variasi? Sesekali pergi ke warung kopi? Mungkin tidak juga. Ini adalah hari-hari ketika pertanyaan "apa kabar" bukan sekadar basa-basi. Rasanya setiap hari adalah pms. Saya mudah murung dan pikiran-pikiran buruk mudah sekali menerobos. Saya mengkhawatirkan kondisi keluarga saya. Saya mencemaskan banyak hal.

Seharusnya sejak kemarin saya sudah memanggil tukang kunci. Saya lupa membawa kunci kamar kos yang saya taruh di saku jaket yang saya tinggal di rumah kekasih. Untuk bilang padanya kalau saya lupa membawa kunci dan memintanya mengantarkan pun rasanya malas. Saya lebih memilih keluar masuk kamar lewat jendela yang tidak saya kunci. Apakah saya hanya butuh variasi?

Semoga kita semua masih waras. Inhale-exhale~

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...