Wednesday, August 2, 2017

Di Bawah Pohon Kenitu


Meski aku tahu di matamu langit tak pernah buruk rupa, aku memahami mengapa kau kecewa karena sore ini langit tak meremang jingga. Kau ingin mengirim potongan langit jingga pada kekasihmu, bukan? Asal kau tahu, itu sudah dilakukan banyak orang sejak awal tahun 90-an. Jadi, menurutku, itu sudah usang. Ia tak akan terkesan.

Sebagai gantinya, kau boleh mengirimkan dedaunku yang sewarna senja. Tapi aku kok yakin ia tak akan suka. Lagi pula, aku belum ingin mati mengenaskan di keranjang sampahnya.

Mari, sini, nona. Berbaring saja di bawah dedaunku. Lipat tanganmu di bawah kepala. Pandangi aku sepuasmu. Lupakan kekasihmu yang sering tak mengingatmu. Untukmu, aku akan menjadi jingga selamanya.

Pohon Angsana di Pertigaan Dekat Rumahmu


Pohon angsana yang tumbuh di pertigaan dekat rumahmu itu telah lama memperhatikan dirimu, sebenarnya. Diam-diam ia juga merasakan sakitmu. Tapi daun-daunnya yang hijau rimbun tak cukup mampu membuatmu berhenti sebentar, ternyata.

Ia pun berupaya sekuat tenaga menumbuhkan bunga-bunganya hanya agar kau memelankan langkah ketika melintasinya. Ia tahu kau mencintai bunga-bunga. Maka pada jarak beberapa ratus meter ketika bayangmu samar-samar terlihat, ia gugup memanggil-manggil angin agar menggugurkan kuning bunganya di rambutmu. Berharap kepalamu mendongak menyadari keberadaannya.

Ia memang tak cukup punya kepercayaan diri untuk bisa meringankan sakitmu. Ia hanya berharap bibirmu bisa melengkungkan senyum. Tapi jika itu harapan yang terlalu tingggi, ia hanya ingin, satu kali saja, kau duduk sebentar di bawahnya. Merasakan teduhnya.

Lalu ia akan rela menggugurkan seluruh bunganya hanya agar kau pernah merasakan gerimis paling indah di dunia.

Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

 Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya.  Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop.  Setelah nonto...