Salah satu scene dalam film Lucy memperlihatkan Lucy, dengan matanya yang berkaca-kaca, sedang meminta maaf dan bilang “I love you” kepada ibunya. Tindakan Lucy itu bukan tanpa alasan. Ia mendapat kekuatan tertentu sehinga bisa melihat masa lalu, termasuk ketika ia masih balita. Dan ia melihat bahwa kasih sayang ibunya kepada dirinya ketika masih balita (dan untuk selamanya) begitu besar.
Saya senang melihat bayi-bayi lucu yang seliweran di timeline. Saya senang melihat ibu-ibu muda yang terlihat begitu menyayangi dan membanggakan bayi-bayinya itu. Dikit-dikit difoto, lalu diunggah ke media sosial. Mereka begitu senang untuk hal-hal sederhana seperti melihat anaknya tersenyum, tertidur pulas, belajar berjalan, atau sekadar berhasil menghabiskan makanannya.
Saya sering berpikir, begitu jugakah ibu saya dulu? Sesayang itukah beliau pada saya? Mengingat beliau adalah jenis makhluk yang mampu membaca pikiran saya hanya dengan mendengar suara saya diujung telpon, saya yakin beliau amat menyayangi saya.
Mengapa kita tak bisa menjangkau ingatan saat masih balita? Mengapa yang memiliki ingatan itu hanya para orang tua? Andai, andai saja, kita bisa mengingat saat-saat kita disuapi bubur dan diayun dalam gendongan, atau saat tahu bagaimana orang tua kita berupaya sekreatif mungkin agar kita mau makan, apa yang akan terjadi?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ucapan Terima Kasih
Saya menulis ucapan terima kasih yang cukup panjang di skripsi saya, di bagian kata pengantar. Ucapan sepanjang lima halaman itu saya tujuka...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Ya, barangkali aku terlalu mencintai Pram. Pramoedya Ananta Toer. Tak perlu kusebutkan siapa dia. Aku hendak berbaik sangka bahwa semua oran...
-
Tuhanku yang super oke, aku minta maaf. lagi-lagi aku mengeluh. bisakah patah hati ini ditunda? rasanya sangat sakit. aku ingin menang...
No comments:
Post a Comment