Wednesday, August 2, 2017
Di Bawah Pohon Kenitu
Meski aku tahu di matamu langit tak pernah buruk rupa, aku memahami mengapa kau kecewa karena sore ini langit tak meremang jingga. Kau ingin mengirim potongan langit jingga pada kekasihmu, bukan? Asal kau tahu, itu sudah dilakukan banyak orang sejak awal tahun 90-an. Jadi, menurutku, itu sudah usang. Ia tak akan terkesan.
Sebagai gantinya, kau boleh mengirimkan dedaunku yang sewarna senja. Tapi aku kok yakin ia tak akan suka. Lagi pula, aku belum ingin mati mengenaskan di keranjang sampahnya.
Mari, sini, nona. Berbaring saja di bawah dedaunku. Lipat tanganmu di bawah kepala. Pandangi aku sepuasmu. Lupakan kekasihmu yang sering tak mengingatmu. Untukmu, aku akan menjadi jingga selamanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Jatuh Cinta Seperti di Film-Film
Halo! Apa kabar? Semoga kamu baik, ya. Kamu sudah nonton Jatuh Cinta Seperti di Film-Film ? Aku sudah. Dua kali di bioskop. Setelah nonto...
-
: sebuah penjelajahan awal Kajian Homi K. Bhabha selain banyak dipengaruhi oleh teoretisi pascastrukturalis seperti Jacques Derrida, Miche...
-
Judul : Bilangan Fu Penulis : Ayu Utami Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia Tahun terbit : 2018 (Cet. 2) Parang Jati, K...
-
oleh Anis Mashlihatin Tulisan ini berusaha untuk menyelidiki perangkat literer yang digunakan pengarang, gagasan-gagasan yang dibangun, se...
No comments:
Post a Comment